Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Minggu, 10 Januari 2021 | 16:57 WIB
Tugu Api Abadi di Desa Majakerta Indramayu. [Foto: Muhamad Jupri/TIMES Indonesia]

Setelah dilakukan pengeboran, ternyata bukan minyak bumi yang keluar, melainkan semburan gas.

Hal tersebut menyebabkan sebuah ledakan dan membuat panik para pekerja. Hingga akhirnya, semburan gas tersebut ditutup, dan hanya menyisakan sedikit semburan saja. Kemudian, masyarakat pun memanfaatkan gas tersebut untuk berbagai keperluan seperti memasak.

Pada tahun 1962, Presiden Soekarno membentuk tim khusus untuk mencari api alam di daerah yang disebut Karangmayu. Tim tersebut akhirnya berangkat mencari tempat yang dimaksud oleh Presiden, mulai dari wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur.

Namun sayangnya, mereka tidak kunjung menemukan api yang dimaksud oleh sang Presiden. Akhirnya, mereka pun memutuskan kembali ke Jakarta untuk melaporkan pencarian tersebut.

Baca Juga: Tiga Desa di Indramayu Terendam Banjir hingga 60 Centimeter

Dalam perjalanan pulang itu, mereka melewati Jalur Pantai Utara (Pantura).

Tiba di Desa Majakerta, mereka melihat sekelompok warga yang tengah memasak di depan balai desa. Mereka tidak menggunakan kompor sebagaimana umumnya, namun menggunakan gas yang keluar dari dalam tanah.

Akhirnya, mereka pun menyimpulkan bahwa api yang dimaksud Presiden Soekarno adalah api yang ada di Desa Majakerta ini.

Adapun nama Karangmayu adalah singkatan dari Karangampel dan Indramayu, karena letak Desa Majakerta berada di antara dua daerah tersebut. Tim khusus tersebut langsung kembali ke Jakarta untuk melaporkan temuannya.

Presiden Soekarno membenarkan bahwa api alam yang dimaksud adalah gas yang menyembur keluar dari dalam tanah yang berada di Desa Majakerta, Indramayu. Akhirnya, lokasi tempat keluarnya semburan gas tersebut dipugar.

Baca Juga: Mulai Langka di Pasaran, Ukuran Tahu dan Tempe Disunat

Tanggal 9 Agustus 1962, api abadi menjadi saksi bisu dalam sejarah Indonesia, dimana saat itu Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 1962.

Load More