SuaraJabar.id - Memiliki sejarah panjang, tugu Api abadi Majakerta, di Balongan, Indramayu, Jawa Barat terancam hilang akibat rencana proyek Petrochemical Complex.
Tugu Api Abadi Majakerta, yang pernah dijadikan sebagai acara Asian Games 1962 persis berada di depan Balai Desa Majakerta.
Tugu Api tersebut menjadi ikon dari desa ini.
Tugu tersebut berbentuk seperti sebuah perahu layar, sebagai ciri khas masyarakat Indramayu yang berprofesi sebagai nelayan.
Baca Juga: Tiga Desa di Indramayu Terendam Banjir hingga 60 Centimeter
Di bagian tiang layar perahu terdapat sebuah cerobong yang memanjang hingga ke bawah.
Dari sinilah, api yang berasal dari gas yang berada di bawah tanah, keluar. Karena itulah, tugu ini disebut api abadi, karena kerap mengeluarkan api tanpa berhenti.
Awal mula munculnya api abadi ini masih simpang siur.
Namun dari penjelasan salah satu tokoh masyarakat, Rendra (52), api abadi ini sebenarnya sudah ada sejak zaman Belanda.
Rendra menceritakan api abadi pertama kali ditemukan pada tahun 1820 oleh Belanda. Mereka melakukan eksploitasi di Desa Majakerta, karena dari hasil penelitian, di desa tersebut mengandung minyak bumi.
Baca Juga: Mulai Langka di Pasaran, Ukuran Tahu dan Tempe Disunat
"Akhirnya dilakukanlah pengeboran dengan melibatkan Kuwu di Desa Majakerta," jelasnya, Minggu (10/1/2021) seperti dilansir dari TimesIndonesia.co.id.
Setelah dilakukan pengeboran, ternyata bukan minyak bumi yang keluar, melainkan semburan gas.
Hal tersebut menyebabkan sebuah ledakan dan membuat panik para pekerja. Hingga akhirnya, semburan gas tersebut ditutup, dan hanya menyisakan sedikit semburan saja. Kemudian, masyarakat pun memanfaatkan gas tersebut untuk berbagai keperluan seperti memasak.
Pada tahun 1962, Presiden Soekarno membentuk tim khusus untuk mencari api alam di daerah yang disebut Karangmayu. Tim tersebut akhirnya berangkat mencari tempat yang dimaksud oleh Presiden, mulai dari wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur.
Namun sayangnya, mereka tidak kunjung menemukan api yang dimaksud oleh sang Presiden. Akhirnya, mereka pun memutuskan kembali ke Jakarta untuk melaporkan pencarian tersebut.
Dalam perjalanan pulang itu, mereka melewati Jalur Pantai Utara (Pantura).
Tiba di Desa Majakerta, mereka melihat sekelompok warga yang tengah memasak di depan balai desa. Mereka tidak menggunakan kompor sebagaimana umumnya, namun menggunakan gas yang keluar dari dalam tanah.
Akhirnya, mereka pun menyimpulkan bahwa api yang dimaksud Presiden Soekarno adalah api yang ada di Desa Majakerta ini.
Adapun nama Karangmayu adalah singkatan dari Karangampel dan Indramayu, karena letak Desa Majakerta berada di antara dua daerah tersebut. Tim khusus tersebut langsung kembali ke Jakarta untuk melaporkan temuannya.
Presiden Soekarno membenarkan bahwa api alam yang dimaksud adalah gas yang menyembur keluar dari dalam tanah yang berada di Desa Majakerta, Indramayu. Akhirnya, lokasi tempat keluarnya semburan gas tersebut dipugar.
Tanggal 9 Agustus 1962, api abadi menjadi saksi bisu dalam sejarah Indonesia, dimana saat itu Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 1962.
Menjelang pembukaan, masing-masing perwakilan dari negara lain, datang ke Majakerta, untuk mengambil api dari api abadi tersebut, untuk dijadikan obor.
Kemudian, obor tersebut diarak menuju Jakarta.
"Pada saat itu masyarakat sangat antusias dan rela menunggu di pinggir jalan, untuk menyaksikan langsung acara penyerahan obor api abadi di Desa Majakerta," ujarnya.
Menurutnya, selain Asian Games 1962, api abadi juga digunakan dalam beberapa acara, seperti acara Angkatan Udara di Kalijati Kabupaten Subang tahun 1972.
Mereka mengambil api untuk menyalakan obor dari api abadi Desa Majakerta. Dan terakhir, digunakan dalam PON ke 19 Jawa Barat pada tahun 2016.
Sayangnya, Tugu Api Abadi yang penuh sejarah ini, terancam hilang, karena wilayah Desa Majakerta akan dibangun proyek Petrochemical Complex. Menyikapi hal tersebut, masyarakat pun mengajukan petisi bernama Petisi Suara Rakyat.(TimesIndonesia.co.id)
Berita Terkait
-
Pemakaman Bersejarah Pemimpin Hizbullah: "Kami Tetap Setia Pada Janji"
-
Siap Latihan Fisik dan Tinggal di Tenda, Begini Persiapan Kepala Daerah Terpilih Jelang Retret!
-
Momen Presiden Prabowo di Istana Rashtrapati Bhavan, Mengulang Jejak Bersejarah Soekarno di Hari Republik India
-
Liburan Imlek 2025: Jelajahi 10 Kelenteng Bersejarah di Indonesia
-
Eks Anggota DPRD dan 3 WNI Dua Tahun Disekap dan Disiksa di Myanmar: Pak Prabowo Tolong
Terpopuler
- Ditahan Atas Dugaan Pemerasan, Beredar Rekaman Suara Reza Gladys Sebut Mail Syahputra Tolak Transferan
- Full Ngakak, Bio One Komentari Pengangkatan Ifan Seventeen Jadi Dirut PT Produksi Film Negara
- 3 Alasan yang Bikin Ustaz Derry Sulaiman Yakin Denny Sumargo, Hotman Paris dan Willie Salim Bakal Mualaf
- Jebloskan Nikita Mirzani ke Penjara Reza Gladys Sempat Disebut Cocok Gabung Gen Halilintar
- Ifan Seventeen Tiba-Tiba Jadi Dirut PFN, Pandji Pragiwaksono Respons dengan Dua Kata Menohok
Pilihan
-
Kembali Difitnah Soal Kirim Utusan ke PDIP, Jokowi: Diam dan Senyumin Aja
-
Driver Ojol Dapat 'Tunjangan Hari Raya (THR)' 2025, Ini Kriteria dan Syaratnya
-
Komunitas Milenial Bergerak Sukses Gelar Aksi Sosial BERMANJA di Yogyakarta
-
Emas Antam Tembus Harga Tertinggi Sepanjang Masa Hari Ini, Jadi Rp1.742.000/Gram
-
Alasan Koster Naikkan Tunjangan DPRD Bali Karena Kasihan Bebannya Berat
Terkini
-
Gubernur Dedi Mulyadi: Sertifikat Tanah di Sempadan Sungai akan Dicabut
-
Jabar Ditargetkan Punya 30 Sekolah Rakyat
-
Sidak Pasar Kosambi, Satgas Pangan Polda Jabar Tidak Temukan MinyaKita Tak Sesuai Takaran
-
Pemkot Depok Sidak MinyaKita di Pasar Sukatani, Temukan Takaran Produk Tak Sesuai dan Harga di Atas HET
-
Sidak Pasar Gudang, Polres Sukabumi Kota Temukan MinyaKita yang Isinya Tidak Sesuai Ketentuan