SuaraJabar.id - Orang-orang kini memanggilnya Pak Kepala Desa, Kades atau Kuwu. Namun jauh sebelum ia menyandang gelar itu, pria bernama Dadih Leo memiliki sejarah hidup yang kelam.
Dadih Leo kini menjabat sebagai Dadih Leo, Kepala Desa Mandalagiri, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya.
Kini ia dikenal sebagai seorang Kuwu yang tegas. Segala bentuk pungli ia babat habis semenjak ia menjabat sebagai Kepala Desa Mandalagiri.
Ditemui Ayotasik.com-jejaring Suara.com, di kantornya, baru-baru ini, Dadih menceritakan kehidupannya mulai dari menjadi preman hingga akhirnya sukses menjadi kepala desa.
Pria kelahiran Tasikmalaya 5 Agustus 1963 itu mengaku sempat tinggal di perantauan, tepatnya di wilayah Banten pada 1985. Bukan hanya di wilayah Banten, ia juga terjun ke dunia hitam di Bogor, Tanjung Priok Jakarta, Bekasi, dan Bandung.
Di beberapa wilayah itu, kata Dadih, ia membekingi beberapa toko dan lahan parkir. Pundi-pundi uang tiap hari mengalir deras ke kantongnya dan dikirim ke keluarganya yang berada di Tasikmalaya.
"Di dunia premanisme itu saya lakoni dari tahun 1985 sampai 1998. Bukan hanya di satu kota saja tapi di beberapa kota," ucap Dadih.
Selama di perantauan dan masuk di dunia keras, kata Dadih, ia seringkali terlibat bentrok dengan preman dari wilayah lain. Perkelahian dan pertikaian kerap terjadi setiap hari hingga akhirnya membawa ia masuk ke penjara.
"Berkelahi mah udah tiap hari. Masuk penjara udah bosan saking seringnya. Dulu kan demi perut saya diam di dunia preman," tambah Dadih.
Baca Juga: Gara-gara Iseng, Remaja Ini Tewas Tertimpa Tembok WC
Dunianya juga menjerumuskan ia ke dunia narkoba. Berbagai jenis narkoba pernah dicicipi hingga akhirnya tertangkap polisi dan kembali menghuni hotel prodeo.
"Saya masuk penjara itu karena dua hal, kalau tidak berkelahi ya narkoba." ujar Dadih.
Setelah merasakan kerinduan ke kampung halaman dan bosan hidup diperantauan, pada 1998, pria dua anak ini memutuskan untuk pulang kampung dan mulai aktif di salah satu organisasi massa. Selain melakukan beberapa kegiatan sosial, ia pun mencoba menyelami karakter warga yang ada di wilayahnya yakni Desa Mandalagiri.
"Saya pulang tahun 1998, dan mulai aktif di masyarakat. Berbaur dengan masyarakat dan menyelami bagaimana karakter masyarakat," papar Dadih.
Setelah mengenal kondisi dan karakter masyarakat di kampungnya, muncul niatnya untuk ikut terlibat dalam pembangunan. Ia berpikir, salah satu jalan untuk membantu kondisi warga yang serba kesulitan yakni dengan menjadi pemimpin.
"Saya ingin bantu, tapi tidak punya. Makanya saya niatkan maju di Pilkades tahun 2018. Dan alhamdulilah saya menang karena kepercayaan maayarakat," ucap Dadih.
Terpilih Kades, Dadih Lakukan Reformasi Birokrasi Desa
Setelah terpilih dan ditetapkan sebagai Kades, Dadih Leo pun mulai bekerja. Gebrakan pertamanya yakni melakukan reformasi birokrasi dan pembenahan pelayanan. Ia mengikis habis praktek pungli yang terjadi puluhan tahun di pelayanan desa baik dalam pengurusan KTP, KK, maupun kependudukan lainnya.
"Pertama saya kikis habis pungli. Haram tanda tangan saya dipakai untuk meminta uang kepada warga. Saya tekankan itu kepada aparatur desa," ujar Dadih.
Selain reformasi birokrasi dan perbaikan pelayanan dasar masyarakat, lanjut Dadih, ia juga melakukan perombakan di tubuh aparatur desa. Ia mengkombinasikan antara tenaga generasi muda dan tua.
Bahkan, dalam posisi stategis seperti BUMdes, ia tempaktkan generasi muda dengan harapan bisa berinovasi dan menciptakan hal baru yang berujung pada peningkatan ekonomi maayarakat.
"Saya juga tekankan disiplin kepada aparatur desa. Kami bekerja serius tapi santai jadi tidak kaku," ucap Dadih.
Di masa kepemimpinannya sekarang, lanjut Dadih, ia ingin menorehkan kebaikan d itengah masyarakat. Paling tidak dengan kebijakan yang ia buat akan menjadi ladang pahala untuk bekal nanti di akhirat.
"Hidup saya dulu hitam, saya sadar akan mati makanya sekarang mencoba memberikan kebaikan meskipun melalui sebuah kebijakan," ujar Dadih
Berita Terkait
Terpopuler
- Skincare Reza Gladys Dinyatakan Ilegal, Fitri Salhuteru Tampilkan Surat Keterangan Notifikasi BPOM
- Tanggal 18 Agustus 2025 Cuti Bersama atau Libur Nasional? Simak Aturan Resminya
- 3 Klub yang Dirumorkan Rekrut Thom Haye, Berlabuh Kemana?
- Pemain Liga Inggris Rp 5,21 Miliar Siap Bela Timnas Indonesia di SEA Games 2025
- Selamat Datang Jay Idzes! Klub Turin Buka Pintu untuk Kapten Timnas Indonesia
Pilihan
-
Satu Kota Dua Juara: Persib dan Satria Muda Siap Cetak Sejarah Baru
-
Onitsuka Tiger Buatan Jepang vs Indonesia: Apa Sih Bedanya? Ini Ulasannya
-
Fenomena Rohana dan Rojali Sampai Kuping Bos OJK
-
PSSI-nya Wales Raup Untung Rp648 Miliar Meski Prestasi Timnas Berantakan
-
Irak Mulai Panik, Ketar-ketir Lihat Perkembangan Timnas Indonesia
Terkini
-
Ancaman di Balik Semangkuk Kenikmatan, 5 Bahaya Mie Instan dan Batas Aman Konsumsi per Minggu
-
5 Fakta Kunci Jelang Tes DNA Ridwan Kamil, Babak Penentuan Kasus Melawan Lisa Mariana
-
Babak Penentuan Drama Ridwan Kamil, Tes DNA dengan Anak Lisa Mariana Digelar Pekan Ini di Bareskrim
-
Mengenang Marsma Fajar 'Red Wolf' Adriyanto: Kisah Heroik Penerbang F-16 yang Gugur di Langit Bogor
-
Ambisi Besar Cianjur 2025: Targetkan 30 Persen Turis Bule Hingga Janji Ramzi Bereskan 'Jalur Neraka'