SuaraJabar.id - Bagi banyak orang, terutama anak muda dan anak kos, mie instan adalah pahlawan di kala lapar melanda dan penyelamat di akhir bulan.
Rasanya yang gurih, cara masaknya yang super praktis, dan harganya yang ramah di kantong membuatnya menjadi makanan favorit lintas generasi.
Namun, di balik kenikmatan dan kemudahannya, tersimpan sejumlah bendera merah untuk kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan.
Ini bukan berarti kamu harus berhenti total, tapi penting untuk tahu batasannya. Jadi, seberapa sering sebenarnya kita boleh makan mie instan? Dan apa saja bahayanya?
5 Bahaya Tersembunyi Jika Terlalu Sering Makan Mie Instan
Kebiasaan menjadikan mie instan sebagai makanan utama setiap hari dapat memicu berbagai masalah kesehatan. Berikut adalah lima risiko utamanya dilansir dari berbagai sumber:
1. Risiko Hipertensi dan Penyakit Jantung (Bom Natrium)
Ini adalah bahaya terbesar. Satu bungkus mie instan beserta bumbunya bisa mengandung 1.000-2.000 mg natrium (garam). Padahal, rekomendasi asupan natrium harian dari Kemenkes RI adalah tidak lebih dari 2.000 mg.
Artinya, satu porsi saja sudah bisa memenuhi hingga 100% kebutuhan garam harianmu. Konsumsi natrium berlebih dalam jangka panjang adalah penyebab utama tekanan darah tinggi (hipertensi), yang dapat memicu penyakit jantung dan stroke.
Baca Juga: Tak Cuma Jual Beras, Ratusan Koperasi Merah Putih di Bogor Dilengkapi Klinik Kesehatan
2. Potensi Obesitas dan Gangguan Metabolik
Mie instan merupakan makanan padat kalori namun rendah nutrisi. Kebanyakan kalorinya berasal dari karbohidrat olahan dan lemak jenuh yang ada pada minyak bumbunya.
Minimnya kandungan serat membuatmu tidak merasa kenyang lebih lama, sehingga mendorong untuk makan lebih banyak. Kombinasi kalori tinggi dan serat rendah ini sangat berkontribusi pada penambahan berat badan dan sindrom metabolik.
3. Kekurangan Nutrisi Penting (Kalori Kosong)
Meskipun kalorinya tinggi, mie instan sangat miskin akan vitamin, mineral, protein, dan serat. Jika kamu terlalu sering mengandalkannya sebagai makanan utama, tubuhmu akan kekurangan nutrisi esensial yang dibutuhkan untuk berfungsi optimal.
Dalam jangka panjang, ini bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan akibat malnutrisi.
Berita Terkait
-
Tak Cuma Jual Beras, Ratusan Koperasi Merah Putih di Bogor Dilengkapi Klinik Kesehatan
-
BPJS Kesehatan vs Asuransi Swasta, Mana Pilihan Terbaik untuk Keluarga Anda?
-
Dedi Mulyadi Jamin Utang BPJS Kesehatan Jabar Rp335 Miliar Beres di APBD Perubahan 2025
-
Mengerikan! Begini Kondisi Air Liur Para Perokok
-
Ada Apa dengan Pekerja KAI? SP-KAI Bongkar Isu Kesehatan dan Keadilan di Depan DPR RI
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Danantara dan BP BUMN Tegaskan Komitmen Sosial Lewat Pengiriman 1.000 Relawan ke Provinsi Terdampak
-
BRI dan Danantara Terjunkan Relawan Tanggap Bencana BRI ke Sumatera
-
5 Spot Wisata Hits untuk Libur Sekolah dan Akhir Tahun 2025 di Cianjur
-
Dulu Meresahkan, Kini Joki Puncak Bogor Direkrut Polisi Jadi Pasukan Khusus Libur Nataru
-
Dedi Mulyadi Setop Izin Perumahan, Rudy Susmanto: Tak Bisa Serta-merta Dilakukan