"Untuk Garut sekitar 4,1 ribu hektar, Sumedang hampir sama dengan Garut, kabupaten Bandung ada 2 ribu hektar, Majalengka 2 ribu hektar dan Kuningan 600 hektar. Sisanya 12 kabupaten kota itu rata-rata 30-200 hektar," imbuhnya.
Rata-rata sekali panen, untuk tiap hektar lahan menghasilkan tembakau sebanyak 1,2 ton untuk tembakau jenis mole. Sementara untuk jenis tembakau lain semisal krosok dan tembakau hitam di kisaran 1,4 sampai 2,2 ton tiap hektarnya per sekali panen.
"Jumlahnya segitu tinggal dikali luas area, jadi bisa mencapai puluhan ribu ton sekali panen," katanya.
Keistimewaan Tembakau Mole Khas Jawa Barat
Ciri khas tembakau Jawa Barat yakni tembakau mole. Mole memiliki ciri dimana rajangannya cenderung lebih tipis dan rapi. Penjualannya pun tidak ditimbang berdasarkan berat kilogram, melainkan berdasarkan lempengan.
Menurut Suryana, mole berasal dari bahasa Belanda yakni mooi. Kemudian warga sekitar melafalkan kata mooi menjadi mole. Mooi itu memiliki arti indah.
Ceritanya, kata dia, semula orang Belanda saat masa penjajahan dulu melihat tembakau hasil olahan petani Jawa Barat itu sangat bagus lantaran dirajang dengan sangat rapi dan disajikan dalam bentuk lempengan.
"Sebutan tembakau mole, itu dari bahasa Belanda mooi artinya cantik. Ciri khas olahan tembakau mole itu dikatakan tembakau cantik. Kan rajangannya bagus dan leleran. Leleran itu sistem cetaknya seperti lempengan gitu," ucapnya.
Adapun kisaran harga tembakau Mole bervariasi dari mulai Rp 55 ribu sampai Rp 235 ribu untuk setiap lempengnya. Menurutnya, untuk rasa tembakau Mole yang paling mahal bisa mengalahkan rasa rokok batangan.
Baca Juga: 4 Ibu di Lombok Dipenjara Dituduh Rusak Pabrik Tembakau, Bayinya Ikut Masuk
"Kalau yang paling tinggi itu rasa bisa ngalahin rokok asli. Ciri khas tembakau mole itu untuk langsung konsumsi tidak pakai saos," ucap dia.
Alasan lain yang membuat tembakau Jawa Barat itu menjadi mahal lantaran tembakaunya sudah punya spesifik lokal. Makanya, bila dibandingkan dengan tembakau dari daerah lain, tembakau Jawa Barat memiliki nilai ekonomis lebih tinggi.
"Jabar ini punya spesifik lokal, daerah lain tidak punya spesifik lokal. Kan begini spesifik lokal Jabar ini sudah punya hak paten indikasi geografis, yang lain belum punya. Kalau udah bicara spesifik lokal udah kita naik," tuturnya.
Berita Terkait
-
Petani Tembakau Ramai-ramai Tagih Janji Prabowo
-
Sindiran Media Malaysia ke Liga Kevin Diks, Netizen Balik Sindir 'Liga JDT'
-
Media Jerman Baru Sadar Kualitas Kevin Diks di Debut: Kenapa Borussia Moenchengladbach Mau...
-
Gol Debut Luis Diaz Antar Bayern Munchen Juarai Piala Super Jerman 2025
-
Jadwal Pertandingan Kevin Diks di Bundesliga 2025-2026 Bersama Borussia Monchengladbach
Terpopuler
- Pendidikan Gustika Hatta, Pantas Berani Sebut Indonesia Dipimpin Penculik dan Anak Haram Konstitusi
- Gebrak Meja Polemik Royalti, Menkumham Perintahkan Audit Total LMKN dan LMK!
- Detik-Detik Pengumuman Hasil Tes DNA: Ridwan Kamil Siap Terima Takdir, Lisa Mariana Tetap Yakin
- Kasih Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Ryan Flamingo Kadung Janji dengan Ibunda
- Putrinya Bukan Darah Daging Ridwan Kamil, Lisa Mariana: Berarti Anak Tuyul
Pilihan
-
Panas! Guru Patrick Kluivert Semprot Balik Pengkritik Rafael Struick
-
Calon Pengganti Ole Romeny Tiba di Jakarta! Langsung Bela Timnas Indonesia di FIFA Matchday?
-
Emas Antam Kembali Menggeliat, Cek Harga Terbaru
-
Sedetik Bawa FC Utrecht ke Liga Europa, Miliano Jonathans Cetak Rekor untuk Timnas Indonesia
-
Panas! Alex Pastoor Serang Rekan Miliano Jonathans: Kenapa Itu Harus Diucapkan?
Terkini
-
Lewat Program GEMPITA Lestari bersama UI, Bank Mandiri Perkuat Literasi Keuangan
-
Duel Parang Maut di Jasinga: WS Tewas dengan Luka 20 Cm Tembus Paru-paru, AF Jadi Tersangka
-
Kematian WS: Dari Ejekan di Lapangan Bola Jasinga, Berakhir Maut di Ujung Parang
-
IHR-Merdeka Cup 2025, Penonton Bakal Nikmati Kejuaraan Berkuda di Track Tepi Pantai Pangandaran
-
Dari Kurir Jadi Juragan! Dua Warga Bandung Raup Omzet Ratusan Juta