Scroll untuk membaca artikel
Suhardiman
Minggu, 28 Maret 2021 | 12:05 WIB
Gubernur Jabar Ridwan Kamil. [Suara.com/Emi La Palau]

SuaraJabar.id - Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengatakan, ketersediaan beras di Jawa Barat surplus 300 ribu ton sehingga masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan warganya.

Hal tersebut disampaikan Kang Emil ketika meluncurkan Program Petani Milenial di Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) pada Jumat (26/3/2021).

"Dalam hal beras, kita surplus 300 ribu kan (ton). Sampai bulan depan ada panen lagi," ujar Emil.

Pihaknya berharap, Jawa Barat akan mengalami kemandirian pangan, sehingga tidak mengandalkan hasil pertanian yang diimpor dari luar negeri.

Baca Juga: Diduga Beraksi Naik Motor Matik, 2 Pelaku Bom Gereja Makassar Tewas di TKP

"Kita berharap dengan program ini kita akan menjadi mandiri pangan, tidak usah impor-impor lagi karena dengan kemandirian tanah yang subur yang Alloh berikan kepada kita," ujarnya.

Berdasarkan hasil penelitian, kesuburan lahan di Jawa Barat masuk 10 besar di dunia sehingga harus dimanfaatkan oleh para petani milenial. Khusus lahan untuk Petani Milenial, pihaknya belum memiliki data pastinya.

Namun khusus lahan yang dimiliki Pemprov Jawa Barat disebutkan Emil ada 10 ribu hektare.

"Lahan belum punya data. Yang kamil miliki 10 ribu hektare," ucapnya.

Dalam program Petani Milenial ini, Emil menargetkan lahir sebanyak 100 ribu orang petani baru.

Baca Juga: Bom Meledak di Gereja Katedral Makassar, Kapolri: Lokasi Lagi Disisir

"Target saya sebetulnya di atas 100 ribu petani baru. Sekarang baru 8600-an petani yang daftar program Petani Milenial. Tapi akan ada seleksi alam, pasti ada yang gugur. Hanya kita semangat di angka itu," ungkapnya.

Melalui program petani milenial, Ridwan Kamil ingin mengubah sejarah bahwa tinggal di desa dan menjadi petani juga bisa memiliki penghasilan setara dengan di perkotaan.

Dirinya terus menerus menggemborkan kampanye 'Tinggal di Desa, Rezeki Kota, Bisnis Mendunia'.

"Pengangguran berkurang dan anak muda tidak lagi melihat kota sebagai sumber nafkah. Covid-19 mengajarkan kita bahwa yang nyaman itu tinggal di desa tapi dengan rejeki kota," pungkasnya.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

Load More