Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Kamis, 15 April 2021 | 16:49 WIB
Pembeli gorengan Bacol di Kota Cimahi. Bacol merupakan salah satu jajanan legendaris Kota Cimahi. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

SuaraJabar.id - Meski tak disarankan dokter, gorengan sepertinya menjadi salah satu menu favorit saat buka puasa. Beragam gorengan seperti bakwan, gehu dan cireng dirasa pas mengganjal perut sebelum menjajal makanan berat.

Di Kota Cimahi ada satu penjual gorengan legendaris. Gorengan dan bumbunya sangat khas dan tak berubah sejak puluhan tahun lalu.

Namanya "Bacol", yang merupakan sepaket gorengan mini berisi bala-bala, gehu dan cireng. Bacol ini berada di Jalan Sriwijaya, Kota Cimahi. Tepatnya di seberang Pasar Antri Baru.

Nyaris tiga dekade Bacol menghadirkan kenikmatan. Usaha itu dirintis pertama kali oleh mendiang Syahroni tahun 1992. Kala itu, almarhum bersama istrinya berjualan di sekitar Pasar Antri Lama.

Baca Juga: Viral Wanita Cuma Dibayarin Gorengan Duta Sheila On 7, Senang Minta Ampun

"Orang tua mulai jualan tahun 1992. Saya generasi kedua," ujar Iran Jaya (39), anak dari almarhum Syahroni kepada Suara.com, Kamis (15/4/2021).

Secara umum, bala-bala, gehu dan cireng yang dijual keluarganya sama saja seperti gorengan lainnya ketika pertama kali berjualan. Terbuat dari bahan seperti terigu, kol, wortel, daun bawang, seledri, dan tepung terigu.

Hanya saja memang bentuknya sudah mini sejak dulu. Kemudian yang membedakan dan menjadi ciri khas adalah bumbu kacangnya. Ada perpaduan rasa asam, manis dan pedas.

"Dari pertama memang sudah begitu bumbunya," ucap Iran.

Perpaduan gorengan dan bumbu khas itulah yang kemudian tercetus nama Bacol alias Bala-bala Cocol. Nama itu tercetus dari anak-anak sekolah saat itu.

Baca Juga: Jadwal Tarawih Masjid Agung Cimahi Ramadhan 2021

"Awalnya anak-anak sekolah dulu yang suka nyebut gorengan bikinan orang tua saya Bacol," sebut Iran.

Sejak saat itulah Bacol dikukuhkan menjadi semacam brand gorengan keluarganya. Tahun 2000-an, bala-bala, gehu dan cireng yang kini dijual di Jalan Raya Sriwijaya dan Jalan Permana, Kota Cimahi itu mulai dikenal.

Tak sedikit orang yang sengaja datang dari daerah lain hanya untuk memuaskan lidahnya dengan rasa khas gorengan Bacol. Meski nyaris berusia tiga dekade, enaknya tetap konsisten hingga kini.

Hal itulah yang membuat "Bacol" tetap konsisten dengan gorengan mini dan bumbu khasnya. Kemunculan-kemunculan gorengan serupa sama sekali tidak menggerus peminatnya.

Dalam sehari, bisa terjual hingga 10 ribu gorengan. Penjualannya akan lebih mengikat saat bulan Ramadan. Rata-rata habis terjual sekitar 30 ribu dalam sehari. Itu sebelum Covid-19 mewabah.

Setelah Covid-19 mewabah, penjualannya pun menurun hanya sekitar 5 ribu yang terjual dalam sehari. Kemudian saat bulan puasa hanya sekitar 15 ribu yang terjual.

Dari gorengan yang terjual itu, omzet yang didapat mencapai Rp 10 juta. Namun menurun 30 persen saat pandemi Covid-19. Ketika memasuki bulan Ramadhan, omzetnya biasanya naik hingga Rp 15 juta per bulan.

"Penyebabnya karena ada pembatasan pas awal-awal. Terus dulu setelah salat Tarawih itu masih banyak yang beli, sekarang lewat magrib udah jarang,” ungkap Iran.

Meski ada penurunan penjualan, namun Bacol khas Cimahi itu masih menjadi salah satu kuliner buruan. Termasuk bulan Ramadhan, dimana menjelang buka puasa biasanya pembeli sampai rela antre.

Seperti yang dilakukan Algi (35), pembeli asal Soreang, Kabupaten Bandung. Ia mengaku ketagihan dengan bumbu Bacol ini sehingga menyempatkan diri membeli gorengan mini tersebut.

“Tadi abis pulang kerja, sengaja beli Bacol dulu. Ini bukan pertama, tapi dah lumayan sering," ujarnya.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

Load More