Scroll untuk membaca artikel
Suhardiman
Minggu, 25 April 2021 | 14:24 WIB
Pengrajin Kolang Kaling di Kampung Cikenung Desa Cipunagara, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang. [Suara.com/Ferry Bangkit Rizki]

SuaraJabar.id - Kolang kaling merupakan kudapan paling banyak diburu saat bulan Ramadan tiba. Buah kenyal berbentuk lonjong warna putih itu sering diolah menjadi manisan, kolak, dan es campur segar untuk sajian berbuka puasa.

Hal itu pula membuat pengrajin kolang kaling di tapal batas Kecamatan Lembang, Bandung Barat dan Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang, kebanjiran pesanan.

Setiap hari warga Kampung Cikenung Desa Cipunagara, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang bisa menghasilkan 1 kwintal kolang-kaling. Saat bulan puasa, jumlahnya meningkat. Hasil produksi kolang kaling tersebut dikirim ke Pasar Panorama Lembang dan Kota Bandung.

Deden (45), salah seorang pengrajin kolang kaling asal Kampung Cikenung Desa Cipunagara mengatakan, saat bulan Ramadhan permintaan dipastikan meningkat.

Baca Juga: Profil Zac Efron, Dituding Lakukan Operasi Plastik dan Bikin Pangling

"Alhamdulillah pesanan kalau bulan puasa menang meningkat," kata Deden saat ditemui belum lama ini.

Peningkatan pesanan otomatis berdampak terhadap harga dan pendapatan para pengrajin. Jika hari biasanya pengrajin bisa menjual 4 kilogram, dengan pendapatan Rp 400 ribu per hari, maka saat Ramadan bisa terjual hingga 8-10 ribu per kilogram dengan pendapatan Rp 1 juta per hari.

Secara administratif petani kolang kaling memang tinggal di Subang, namun pohon aren penghasil kolang kaling justru banyak tumbuh di wilayah Desa Wangunharja, Kecamatan Lembang, KBB.

Kontur wilayah yang berbukit ditambah hutan yang masih terjaga membuat KBB kaya akan perkebunan aren alami.

Kebanyakan pohon aren yang ada, tumbuh liar dan tersebar melalui bantuan air dan hewan musang.

Baca Juga: Pesan Terakhir Serda Harmanto, Kru KRI Nanggala ke Istri: Jaga Anak-anak

Untuk sampai ke daerah ini, masyarakat melintasi hamparan pertanian aneka sayuran, udara sejuk, pemandangan alamnya yang indah, dan bukit-bukit perkebunan teh berwarna hijau. Sesekali di sepanjang perjalanan akan dijumpai pula perkebunan pohon kina.

Meski banyak tumbuh pohon aren di kampung ini, warga harus berjalan cukup jauh memasuki hutan. Selain itu, dari bunga hingga menjadi buah, diperlukan waktu paling lambat 3 tahun.

"Untuk jadi buah harus menunggu 3 tahun, biasanya tiap pohon aren keluar bunga akan dipilah sebagian untuk kolang-kaling, sebagian lagi disadap jadi gula aren," katanya.

Kolang-kaling yang dipetik dari pohon aren lebih dulu direbus selama 30 menit. Buah aren lalu dikupas dan diambil buah berwana putihnya. Setelah itu, buah dibentuk lonjong dengan cobek agar kolang-kaling kenyal.

"Supaya warna kolang-kaling terlihat putih bersih harus direndam di air jernih," tukas Deden.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

Load More