Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Sabtu, 15 Mei 2021 | 15:51 WIB
Ilustrasi. Pemudik Terjaring Penyekatan di Simpang Susun Padalarang, Kabupaten Bandung Barat [Suara.com/Ferry Bangkit Rizki]

SuaraJabar.id - Tekad Riki Martin (22) mudik ke kampung halamannya di Tasikmalaya sudah bulat. Ia sudah rindu akan suasana kampung halaman dan sudah tidak ada alasan bertahan di Ibu Kota Jakarta.

Dua bulan lalu Riki kena PHK alias Pemutusan Hubungan Kerja, restoran tempatnya bekerja terdampak pandemi Covid-19. Dua bulan ia bertahan di perantauan tanpa penghasilan.

Ia sadar betul mudik lebaran tahun ini diharamkan negara demi memutus penyebaran Covid-19. Untuk itu, Riki mencoba mencari celah mengelabui petugas penyekatan yang disiagakan untuk menghalau pemudik.

Rabu (12/5/2021) malam atau saat malam takbiran, Riki berangkat dari kontrakannya dengan menunggangi sepeda motor, tanpa Surat Izin Mengemudi (SIM). Waktu yang dipilihnya berjalan mulus.

Baca Juga: Menunggang Motor, Kapolda Jabar Patroli Keliling Bandung Raya

Riki lolos di pos penyekatan di sejumlah daerah seperti Bekasi, Karawang hingga Purwakarta. Namun ketika memasuki pos penyekatan Simpang Susun Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Riki akhirnya dihentikan petugas.

Malam itu ratusan kendaraan diperiksa petugas dan diminta diputarbalikkan di Pos Penyekatan Padalarang. Satu di antara ratusan pemudik itu, ialah Riki.

Namun ia menolak hukuman itu. Ia menerobos penjagaan aparat dan memacu kencang sepeda motornya.

Puluhan petugas terperanjat melihat aksi Riki meloloskan diri. Beberapa mencoba menghadang namun tetap tak berhasil. Riki berkelok lincah ke kiri dan ke kanan saat aparat menjegal lajunya.

Riki memang lolos dari hadangan puluhan petugas pos penyekatan Padalarang. Namun sialnya, Riki salah saat memilih jalur.

Baca Juga: Ridwan Kamil Larang Warga Jabar Takbir Keliling

Bukan lari ke arah jalan raya Cimahi untuk sampai ke Tasikmalaya, ia justru ngebut masuk ke Gerbang Tol Padalarang. Tak pelak, petugas yang mengejarnya dengan mudah menangkap Riki.

"Tadi terpaksa menerobos karena takut," kata Riki.

Menurutnya, ia bukan takut ditangkap petugas karena tak bawa SIM dan melanggar larangan mudik. Riki justru takut tetap tinggal di Jakarta tanpa punya penghasilan dan pekerjaan.

"Bukan takut petugas, saya takut kalau putar balik dan kembali ke Jakarta nanti di sana saya makan apa," tuturnya.

Gema takbir dari toa masjid masih terdengar jelas. Suara itu masih terdengar sejak jelas awal keberangkatan hingga sampai di Padalarang. Sambung-menyambung dari satu masjid ke masjid lainnya. Riki tertunduk lesu usai petugas menghukum tilang dan tetap memaksanya pulang balik ke Jakarta.

"Kecewa harus balik lagi, di Jakarta untuk makan saja susah," pungkasnya.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

Load More