SuaraJabar.id - Beberapa petani padi di Kabupaten Indramayu belum bisa menanam padi di musim tanam gadu atau musim tanam April-September 2021 ini. Pasalnya, pasokan air irigasi ke sawah mereka minim setelah musim hujan berakhir.
Setidaknya ada 3 ribu hektare 5.900 hektare sawah di Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu yang belum bisa memulai masa tanam akibat kondisi ini.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Kandanghaur, Waryono, mengatakan, kondisi tersebut seperti yang terjadi di Kecamatan Kandanghaur.
“Lahan seluas 3.000 hektare sulit untuk memulai musim tanam gadu karena terkendala air,” kata Waryono, Minggu (23/5/2021).
Waryono menyebutkan, lahan yang belum bisa memulai masa tanam itu di antaranya terletak di Desa Karangmulya, Wirakanan, Wirapanjunan, Karanganyar, Pranti dan Curug.
Meski sebagian sudah ada yang memulai persemaian, persemaian itu hingga kini belum bisa ditanam karena ketiadaan air.
“Persemaiannya juga sudah mulai kering, kekuningan karena kurang air,” kata Waryono.
Sementara itu, sekitar 2.900 hektare lainnya sawah di Kecamatan Kandanghaur hingga kini bahkan belum panen rendeng atau panen tanaman pada musim tanam penghujan.
Sebab, lahan tersebut sebelumnya mengalami puso (gagal panen) akibat banjir pada awal 2021 sehingga harus dilakukan tanam ulang.
Baca Juga: Komoditas Gambir di Sumbar Belum Optimal, Pemerintah Coba Lakukan Ini
Waryono mengatakan, akibat tanam ulang itu, masa panen rendeng mereka jadi mundur. Saat ini, umur tanaman padi yang belum panen tersebut rata-rata 80 – 90 hari.
Waryono mengungkapkan, dari informasi yang diterimanya, minimnya pasokan air irigasi itu disebabkan adanya kegiatan perbaikan saluran.
Bahkan, petani diimbau untuk menunda musim tanamnya hingga Juni.
Selain di Kecamatan Kandanghaur, kesulitan pasokan air juga dirasakan para petani di Desa Plosokerep, Kecamatan Terisi.
Untuk memperoleh air, para petani harus menyedotnya menggunakan mesin pompa air.
“Air di saluran sih ada, tapi sedikit sehingga tidak bisa naik ke sawah. Harus disedot pakai pompa,” kata seorang petani di Desa Plosokerep, Rusdani.
Berita Terkait
-
Dari Krisis Usia Petani ke Peluang Baru bagi Anak Muda Indonesia
-
Di Bawah Matahari yang Tak Berbelas Kasihan: Kegigihan Petani Garam Rembang
-
Beli Cabai dari Petani Aceh, Rano Karno Pastikan Ketersediaan Pangan Jakarta Aman hingga Januari
-
Petani Kediri Mulai Pakai Drone, Siap-Siap Menuju Pertanian Berkelanjutan
-
Resi Gudang Jadi Senjata Putus Praktik Ijon, Petani Dinilai Bisa Naik Kelas
Terpopuler
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- 5 Mobil Sedan Bekas yang Jarang Rewel untuk Orang Tua
- 5 Sepatu Lari Hoka Diskon 50% di Sports Station, Akhir Tahun Makin Hemat
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman Skechers Buat Jalan-Jalan, Cocok Buat Traveling dan Harian
- 6 Mobil Bekas untuk Pemula atau Pasangan Muda, Praktis dan Serba Hemat
Pilihan
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
-
John Herdman Dikontrak PSSI 4 Tahun
-
Bukan Sekadar Tenda: Menanti Ruang Aman bagi Perempuan di Pengungsian
-
4 Rekomendasi HP Xiaomi Murah, RAM Besar Memori Jumbo untuk Pengguna Aktif
-
Cek di Sini Jadwal Lengkap Pengumuman BI-Rate Tahun 2026
Terkini
-
Siaga Penuh Jelang Libur Nataru 2025/2026, BRI Perkuat Jaringan ATM & AgenBRILink
-
Tragedi 'Lobang Sarwee' Gunung Guruh Cigudeg Diduga Makan Korban Jiwa, Benarkah?
-
Selama Nataru, BRI Utamakan Keamanan Transaksi Perbankan bagi Nasabah
-
Viral 'Kampung Terpal Biru' di Gunung Guruh Bogor, Publik Colek Dedi Mulyadi hingga Rudy Susmanto
-
Anak Muda Bandung Diajak Kejar Mimpi di 2026 Lewat Extrajoss Ultimate Takeover