Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Rabu, 23 Juni 2021 | 11:20 WIB
ILUSTRASI Dua orang gamers bertanding game Mobile Legend. [Suara.com/Alfian Winanto]

SuaraJabar.id - Ditemukannya klaster game online COVID-19 di Kabupaten Sukabumi dinilai sebagai salah satu kelemahan pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau pembelajaran daring. Di mana peserta didik atau pelajar tidak bisa terawasi dengan baik.

Hal ini disampaikan Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi Yudha Sukmagara menanggapi ditemukannya klaster Game Online COVID-19 di Kecamatan Jampang Kulon.

Ia meminta pemerintah daerah memantau pelaksanaan belajar daring. Sebab, klaster ini diduga masih berkaitan dengan kebijakan pembelajaran online.

Yudha mangatakan penerapan pembelajaran dalam jaringan bisa dijadikan alasan para pelajar untuk bermain game online.

Baca Juga: Ratusan Dokter Positif Covid-19, Sinovac Klaim Coronavac Efektif Lawan Varian Delta

"Informasinya banyak ya 14 orang terpapar COVID-19 klaster Game Online itu. Memang ada plus dan minus. Saat kita bicara pendidikan saat ini sedang daring, minusnya ya tadi anak kita kan tidak bisa terpantau," katanya, Selasa (23/6/2021).

Yudha meminta Pemerintah Kabupaten Sukabumi benar-benar memantau pelaksanaan pembelajaraan daring sehingga tidak menimbulkan kerumunan pelajar dengan aktivitas game online. Ia menyebut kedisiplinan dan pemberian pemahaman menjadi kunci untuk bisa diterapkan ke masyarakat.

"Hal ini akan saya sampaikan ke Satuan Tugas COVID-19 untuk dijadikan sebuah temuan baru," terangnya.

Sebelumnya Satuan Tugas Covid-19 Jampang Kulon pernah menemukan 14 kasus terkonfirmasi positif dalam satu hari dan keberadaan klaster game online.

Ini diceritakan Ketua Satuan Tugas Covid-19 Jampang Kulon dr Givan kepada sukabumiupdate.com-jejaring Suara.com di tengah obrolan soal peningkatan kasus dalam dua pekan terakhir.

Baca Juga: Termasuk Lembang, Penutupan Objek Wisata di Bandung Barat Diperpanjang

"Hasil telusur terjadi klaster penularan saat berkerumun, seperti di tempat tongkrongan game online," ujarnya, Jumat (18/6/2021) lalu.

Menurut Givan, hasil tracing dari kasus terkonfirmasi positif ditemukan banyak pasien yang terpapar dengan riwayat kelompok anak-anak yang bermain game online.

"Anak-anak nongkrong main Game Online 'pada mabar'. Nah pada sakit bawa pulang ke rumah, keluarga penghuni rumah jadi pada sakit," ungkap dia.

Load More