Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Jum'at, 09 Juli 2021 | 11:20 WIB
ILUSTRASI-Petugas menaruh tabung oksigen kedalam ambulans untuk dibawa ke rumah sakit di Posko Darurat Oxygen Rescue di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, Selasa (6/7/2021). [Suara.com/Alfian Winanto]

SuaraJabar.id - Rumah Sakit Umum Daerah atau RSUD Cibabat Kota Cimahi bersiap menghadapi kemungkinan terjadinya puncak lonjakan kasus COVID-19 dengan menyiapkan ruangan khusus baru.
Kekinian, total ada 106 tempat tidur atau bed khusus pasien COVID-19 di rumah sakit tersebut.

"Kita sudah siapkan 106 bed. Gedung baru itu 32 tempat tidur," terang Direktur Utama RSUD Cibabat, Sukwanto Gamalyono kepada wartawan, Jumat (9/7/2021).

Meski kini sudah memiliki ruang khusus baru, namun belum digunakan untuk merawat pasien COVID-19. Bukan karena belum siap, tapi lantaran ketersediaan oksigen medis sangat terbatas.

Gamal, sapaan Sukwanto Gamalyono mengatakan, setiap harinya RSUD Cibabat hanya memiliki 900 ribu liter oksigen medis yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sekitar 33 pasien.

Baca Juga: Fraksi Demokrat Setuju Gedung DPR Jadi RS Darurat Covid-19, Parpol Lain Bagaimana?

Sementara pasien yang dirawat sampai saat ini ada 38 orang. Artinya, 5 pasien sisanya harus berbagi oksigen.

"Sekarang ada 38 pasien, itu berarti 5 saling berbagi. Sebenarnya kita nampung banyak tapi oksigen hanya cukup untuk 33 pasien," sebut Gamal.

Pihaknya tak ingin ambil risiko terus menerima pasien, sementara pasokan oksigennya sangat terbatas. Sebab, setiap pasien yang masuk kebutuhan utamanya adalah oksigen.

Idealnya, terang Gamal, dalam sehari itu kebutuhan oksigen di RSUD Cibabat mencapai 3 juta liter dengan asumsi semua tempat tidur terisi.

"Dalam kondisi sampai saat ini kita (oksigen) hitungannya jam bukan hari. Setiap 5 jam itu kita habis," kata Gamal.

Baca Juga: Ketersediaan Obat dan Oksigen Untuk Rumah Sakit di Makassar Masih Aman

Dirinya melanjutkan, terbatasnya oksigen medis itupun memaksa pihaknya tak melayani pasien COVID-19 di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Ruang tersebut kini sudah dibuka dan hanya menerima pasien non COVID-19.

Meskpun kenyataannya, kata dia, ternyata sekitar 80 persen yang datang ke IGD adalah pasien yang terinfeksi COVID-19.

Hanya pasien yang sifatnya urgent yang dilayani. Sementara yang tidak memiliki gejala diarahkan untuk isolasi mandiri.

"Untuk IGD mulai dibuka, kita melayani non COVID-19 tanpa ketergantungan oksigen. Kita sudah siap dengan ruangan, SDM walau terbatas tetapi krisis oksigen," tuturnya.

Selain oksigen, kata dia, pihaknya juga mengalami keterbatasan obat. Meski begitu, ketersediaannya masih bisa dipenuhi.

"Masih disuplai. Cukup tapi agak terbatas" tukas Gamal.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

Load More