Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Senin, 26 Juli 2021 | 12:59 WIB
Seorang sopir angkot tengah mencari penumpang di sekitaran Pasar Antri, Kota Cimahi. Selama masa pandemi Covid-19, penghasilan sopir angkot di Cimahi turun drastis akibat sepi penumpang. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

Seperti pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), yang diikuti dengan ditiadakannya sekolah tatap muka. Kemudian sebulan terakhir ini diterapkan PPKM Darurat dan Level 4.

Itang nelangsa. Angkotnya semakin sepi dari penumpang. Apalagi tak ada aktivitas sekolah dan masyarakat lebih banyak berdiam di rumah.

"Kalau pun keluar rumah, kan kebanyakan udah pakai kendaraan pribadi," ucap Itang.

Dampak Pandemi COVID-19 Masih Dirasakan

Baca Juga: Puan Maharani Minta Pemerintah Hati-hati Soal Pelonggaran PPKM Level 4

Sampai saat ini Itang masih merasakan dampak dari pandemi COVID-19 ini. Pendapatannya tak kunjung membaik, malah cenderung semakin sekarat. Bahkan terkadang, pengeluarannya melebihi pendapatan harian.

Dengan kondisi yang tak kunjung ada solusi ini, ia berharap ada bantuan hingga kompensasi dari pemerintah. Seperti keringanan untuk membayar pajak hingga pengujian kendaraan atau uji KIR.

"Bensin saya sama pengeluaran sehari misalnya Rp 100 ribu, terus kadang dapatnya Rp 50 ribu. Kan harus nombok. Ini angkot saya jadi gak harus setor untungnya. Tapi kan untuk bensin tetap harus keluar yang," pungkasnya.

Belum ada Realisasi Bantuan dari Pemerintah

Terpisah, Kepala Seksi Angkutan pada Dinas Perhubungan Kota Cimahi, Ranto Sitanggang mengakui ada beberapa keinginan dari para pelaku usaha transportasi yang sudah masuk ke pihaknya.

Baca Juga: Rangkul Masyarakat Luar Daerah, DPD PAN Sleman Gelar Vaksinasi Massal bagi 1.000 Warga

"Seperti pengurangan pajak kendaraan bermotor untuk tahun ini, pengurangan biaya uji KIR dan juga pengurangan biaya untuk pengurusan izin-izin trayek," ungkap Ranto.

Load More