SuaraJabar.id - Perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Level 4 kian membuat para petani bunga di Desa Sukajaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) semakin kelimpungan.
Pasalnya, dengan kebijakan tersebut bunga yang mereka tanam tak bisa dikonversikan menjadi rupiah.
Apalagi sejak PPKM Darurat hingga Level 4 sejak 3 Juli 2021 itu membuat mereka tak bisa mengirimkan bunganya kepada konsumen. Selain itu, harganya pun terjun bebas.
Salah satunya Diki Permana (23), petani bunga asal Kampung Pamacelan, Desa Sukajaya, Kecamatan Lembang, KBB.
Baca Juga: Viral Beras Bansos PPKM Menggumpal Seperti Batu!
Bunga yang ditanamnya seharusnya sudah dikirim kepada konsumennya seperti Jakarta dan Purwakarta. Namun lantaran pembatasan PPKM Darurat-Level 4, pengiriman pun dihentikan.
"Kan waktu ada yang mau order karena ada pembatasan jadi terhambat, bunganya dibalikin lagi. Banyak yang di-cancel," ujar Diki kepada Suara.com, Jumat (6/8/2021).
Sebelum PPKM Darurat, Diki menanam sekitar 9 ribu batang bunga jenis aster. Bunga tersebut seharusnya sudah ia kirim pada pertengahan Juli lalu kepada konsumennya.
Namun akhirnya batal lantaran adanya pembatasan ketat selama PPKM.
Akhirnya, dari total sekitar 9 ribu batang bunga aster yang ditanamnya, hanya sekitar 2 ribu batang saja yang bisa bisa dimanfaatkan. Keuntungan sekitar Rp 8 juta yang seharusnya didapatnya pun harus melayang.
Baca Juga: Kecewa Tak Ada Tamu yang Hadir di Ultah Ibunya, Seorang Anak berikan Hadiah Spesial Ini
Bulan besar dalam kalender jawa atau Dzulhijjah dalam Kalender Hijriah yang biasanya jadi moment untuk mendulang cuan sebab banyak yang melangsungkan pernikahan pun harus dilewatkan dengan mengelus dada. Mereka merugi jutaan rupiah.
"Yang paling kena dampaknya itu memang bunga aster sama pikok. Harganya juga jadi ancur, biasanya Rp 10-15 ribu, jadi Rp 7 ribu per batang," ungkap Diki.
Untuk meluapkan kekesalan dengan kondisi saat ini, bunga milik para petani di wialayh tersebut pun ada yang dibiarkan begitu saja, ada yang dibabat secara cuma-cuma hingga bunga pikok yang diberikan untuk pakan sapi.
Bahkan, aksi petani memberikan bunga pikok untuk pakan sapi beberapa waktu lalu sempat viral di media sosial.
"Itu punya temen saya, bunga pikok diberikan ke sapi saking kesalnya mungkin. Kan sudah over, gak bisa dijual lagi. Kalau yang saya yang dibabat cuma-cuma," bebernya.
Ia berharap PPKM Level 4 ini tak dilanjutkan dan ada kebijakan yang mendukung usaha para petani bunga. Sebab, penghasilannya sangat terdampak dalam sebulan terakhir.
"Saya kerja juga di tempat wisata, tapi kan tutup jadi gak dibayar karena sistemnya buruh harian," tukasnya.
Berita Terkait
-
Lagi Tren Joget THR: Apakah Terinspirasi dari Tarian Yahudi?
-
Viral Denny Landzaat Fasih Bahasa Indonesia di Maluku, Shin Tae-yong Kena Sindir
-
Ariel NOAH Blak-blakan Soal Hubungannya dengan BCL Dulu: Waktunya Nggak Pernah Tepat
-
Lamaran Luna Maya di Tengah Mekarnya Bunga Sakura Tokyo: Inspirasi Romantis di Musim Semi Jepang
-
Viral, Apakah Ada Doa Mengusir Tamu Agar Cepat Pulang?
Terpopuler
- Kode Redeem FF 2 April 2025: SG2 Gurun Pasir Menantimu, Jangan Sampai Kehabisan
- Ruben Onsu Pamer Lebaran Bareng Keluarga Baru usai Mualaf, Siapa Mereka?
- Aib Sepak Bola China: Pemerintah Intervensi hingga Korupsi, Timnas Indonesia Bisa Menang
- Suzuki Smash 2025, Legenda Bangkit, Desain Makin Apik
- Rizky Ridho Pilih 4 Klub Liga Eropa, Mana yang Cocok?
Pilihan
-
4 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Lancar Main Free Fire, Terbaik April 2025
-
9 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Lancar Main Game, Terbaik April 2025
-
Seharga Yamaha XMAX, Punya Desain Jet: Intip Kecanggihan Motor Listrik Masa Depan Ini
-
Demi Jay Idzes Merapat ke Bologna, Legenda Italia Turun Gunung
-
Misi Mathew Baker di Piala Asia U-17 2025: Demi Negara Ibu Tercinta
Terkini
-
BRI Terapkan Prinsip ESG untuk Wujudkan Pertumbuhan Ekonomi yang Bertanggung Jawab
-
BRI Berikan Tips Keamanan Digital: Waspada Kejahatan Siber Saat Idulfitri 1446 H
-
Program BRI Menanam Grow & Green: Meningkatkan Ekosistem dan Kapasitas Masyarakat Lokal
-
Dedi Mulyadi Skakmat PTPN: Kenapa Tanah Negara Disewakan, Perkebunannya Mana?
-
Gubernur Dedi Mulyadi Libatkan Pakar, Evaluasi Besar-besaran Kegiatan Ekonomi di Pegunungan Jabar