Scroll untuk membaca artikel
Suhardiman
Sabtu, 18 September 2021 | 14:10 WIB
Uwes Kurni (38), penyandang disabilitas asal Cisomang Barat, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat. [Suara.com/ Ferry Bangkit Rizky]

SuaraJabar.id - Uwes Kurni tak mau larut dalam keterbatasan fisik yang dialaminya. Pria berusia 38 tahun yang kehilangan kedua kakinya bertekad menjadi pengusaha sukses. Ia memilih olahan sale dan kripik sebagai jalannya.

Sebuah tungku sederhana terlihat di sebuah bangunan yang terdapat di Kampung Cikara, RT 01/12 Desa Cisomang Barat, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Di atas tungku alias hawu dalam bahasa Sunda, terdapat sebuah wajan yang berisi minyak goreng. Uwes bersiap menggoreng sale buatannya bersama kedua temannya bernama Iik dan Tajudin yang juga penyandang disabilitas.

Sementara di luar, terdapat sejenis nampan yang terbuat dari bambu. Nampan tersebut berisi sale-sale pisang yang hendak dijemur. Sudah sekitar sebulan Uwes dan temannya menekuni usaha tersebut.

Baca Juga: 5 Anak Artis Punya Brand Sendiri, Ada Anak Kiano Anak Baim Wong

Uwes berkisah bahwa membuat sale dan kripik itu bermula ketika ada seorang dermawan yang baik hati yang menawarkannya bantuan modal usaha.

"Setelah bertemu, dia tanya mau usaha apa, saya bilang mau bikin sale. Alhamdulillah sekarang sedang proses produksi sale dan kripik, makanan olahan pisang," kata Uwes belum lama ini.

Meski di tengah keterbatasan, Uwes dan kedua rekannya meyakini usaha ini adalah jalan untuk bertahan hidup. Dari mulai memilah bahan, mengupas kulit, membelah pisang menjadi dua bagian, menjemur hingga menggorengnya mereka lakukan bersama-sama.

Uwes dibantu oleh seorang ustaz setempat yang mencari bahan baku, yakni pisang. Tempat yang digunakan untuk memproduksinya juga milik ustaz tersebut. Sementara bagian pemasaran diserahkan kepada temannya bernama Iik.

"Kalau pemasaran sama Kang Iik, karena dia sudah terbiasa pulang pergi ke pasar," ucap Uwes.

Baca Juga: Kegantengan Rafathar Banjir Pujian, Netizen: Perpaduan Sempuran Gigi dan Raffi

Usaha memang tak mengkhianati hasil. Pasalnya, meski usahanya yang baru seumur jagung tapi permintaan sale pisang cukup menjanjikan.

Selain dititipkan di warung-warung sekitar rumahnya, cemilan ini ternyata sudah dipasarkan ke luar daerah seperti Banjaran, Sukabumi dan Bekasi.

"Alhamdulillah, mungkin ini rezekinya," ucap Uwes.

Kisah Kehilangan Kedua Kakinya

Ketika fisiknya masih sempurna, Uwes pernah bekerja pada proyek bangunan di Jakarta. Namun kejadian nahas menimpanya. Ia mengalami kecelakaan kerja saat berusia 24 tahun.

Sepasang kakinya terhimpit mobil crane. Setahun kemudian Uwes harus rela kakinya diamputasi karena mengalami pembusukan. Uwes pun batal menikah padahal sebelumnya sudah direncanakan bertunangan dengan kekasihnya.

Setelah menjalani operasi, Uwes hanya berdiam diri di rumahnya. Ia bahkan enggan bertemu orang lain selama setahun. Ia masih trauma dengan kejadian yang dialaminya.

Untuk menghilangkan jenuh dan mencari penghasilan, ia membuka usaha jualan pulsa meski akhirnya bangkrut.

Tak lama kemudian, ada temannya dari Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) yang mendorong dan mengajaknya untuk keluar dari keterpurukan.

"Terus saya mulai dari membuka kedai warung kopi, membuat sabun cair, berdagang kripik singkong, hingga sekarang membuat makanan olahan berbahan dasar pisang," terang Uwes.

Enggan Merepotkan Orang Lain

Uwes enggan merepotkan orang lain. Itulah yang menjadi motivasinya sampai sekarang berjuang hidup dan menekuni berbagai usaha. Terlebih lagi, Uwes memiliki keponakan yang sudah tidak mempunyai ibu.

Uwes, Iik dan Tajudin adalah contoh dari banyaknya penyandang disabilitas yang masih mau berjuang mencari rezeki halal dan tidak menjadikan kekurangannya untuk mengharap belas kasihan orang lain.

"Saya ingin mandiri dan tidak merepotkan orang lain, punya penghasilan sendiri. Bahkan kalau bisa saya bisa berguna untuk orang lain," tuturnya.

Uwes berharap pemerintah bisa membantu dalam hal pemberdayaan ekonomi bagi penyandang disabilitas. Banyak potensi yang bisa dikembangkan agar mereka mandiri dan tidak selalu tergantung orang lain.

"Banyak teman-teman yang menjalankan usaha, makanya kami minta tolong pemerintah bisa melihat langsung kondisi di sini. Minimal dibantu pemasaran," tukas Uwes.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

Load More