Diakui Wewen, upaya peningkatan kapasitas pengurangan risiko bencana bagi kelompok disabilitas, khususnya perempuan disabilitas, masih sangat minim.
"Hingga saat ini teman-teman disabilitas itu belum memiliki apa-apa baik dari peralatan atau kesiapan, bisa dinilai belum (siap) sama sekali. Secara umum, kelompok non-disabilitas juga masih minim wawasan bencananya. Maka kegiatan pembekalan seperti ini menjadi penting," katanya.
Wewen mengakui, pelibatan kelompok disabilitas dalam upaya pengurangan risiko bencana menjadi sangat krusial. FPRB sendiri belum memiliki anggota dari kelompok disabilitas, ini dianggap sebagai kekosongan yang harus segera diisi. Kelompok disabilitas sejatinya memiliki hak yang sama untuk mengambil peran.
"Belum ada (kelompok disabilitas) di forum, tapi dengan ini saya jadi terbuka bahwa nanti sebetulnya bisa dimasukkan. Di FPRB itu ada tiga bidang, bidang peningkatan kapasitas, bidang advokasi dan manajemen sumber daya, maka mungkin kawan disabilitas nanti bisa terlibat masuk di bidang-bidang itu," katanya.
"Diharapkan mereka jadi fasilitator para disabilitas, harus berkelanjutan dan harus bisa masuk secara struktural karena hak mereka memang sama," ia melanjutkan.
Wewen menilai peningkatan wawasan kebencanaan yang diasah melalui program pelatihan yang inklusif menjadi kebutuhan tidak hanya untuk kelompok disabilitas tetapi juga non-disabilitas. Sehingga ketika terjadi bencana di suatu wilayah, masyarakat memiliki kepekaan terhadap disabilitas.
"Jangan sampai karena manajemen kebencanaan yang buruk teman disabilitas malah jadi double disability," tegasnya.
Terlebih pada musim penghujan belakangan ini, ancaman bencana hidrometeorologis berpotensi terjadi. Dengan demikian, peningkatan kewaspadaan terhadap bencana seharusnya tidak hanya jadi ucapan kosong.
Kontributor: M Dikdik RA
Baca Juga: Duh, Jalan Provinsi di Kabupaten Banyumas Nyaris Putus Karena Longsor
Berita Terkait
-
Alarm Keras DPR ke Pemerintah: Jangan Denial Soal Bibit Siklon 93S, Tragedi Sumatra Cukup
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Bantuan Tahap III Kementan Peduli Siap Diberangkatkan untuk Korban Bencana Sumatra
-
Minus Bojan Hodak, Begini Kondisi Skuat Persib Jelang Lawan MU: Tetap Usung Misi 3 Poin
-
Lalui Perjalanan Tak Biasa ke Kandang MU, Marc Klok Akui Capek tapi Mau Menang
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Pemberdayaan Perempuan Jadi Kunci BRI untuk Menaikkelaskan UMKM
-
Bye-bye Macet Limbangan! Target Tuntas Tol Cigatas Tembus Garut-Tasik 2027
-
BRI Perkuat Pembangunan Infrastruktur Nasional Lewat Pembiayaan Flyover Sitinjau Lauik
-
Rencana Dedi Mulyadi Ganti Konsultan Pengawas dengan Mahasiswa Tuai Kecaman Keras
-
Mitra MBG Disentil Keras, Diwajibkan Sumbang 30 Persen Laba untuk Sekolah