Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Senin, 28 Februari 2022 | 16:25 WIB
Seorang wanita meletakkan bunga di luar kedutaan Ukraina di Moskow, setelah Rusia melancarkan operasi militer besar-besaran di Ukraina (24/2/2022). [ANTARA/Reuters/as]

SuaraJabar.id - Konflik bersenjata antara Rusia dan Ukraina dinilai bisa diredam dengan budaya. Pasalnya, kedua negara tersebut memiliki karakter yang hampir sama.

Hal tersebut diungkapkan Pakar dari Program Studi Sastra Rusia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran, Supian.

Menurutnya Rusia dan Ukraina layaknya seperti Indonesia dan Malaysia. Karena itu, secara karakter masyarakat dan bahasa, Rusia-Ukraina tidak jauh berbeda.

"Ini sangat disayangkan terjadi konflik kakak-adik. Hal ini bisa diredamkan dengan budayanya sendiri," kata Sopian di Bandung, Jawa Barat, Senin (28/2/2022) dikutip dari Antara.

Baca Juga: Petenis Elina Svitolina akan Sumbangkan Hadiahnya untuk Bantu Ukraina

Supian yang pernah tinggal selama tujuh tahun di Moskow dan Voronezh di perbatasan Rusia-Ukraina, menyebut banyak warga negara Ukraina yang sehari-hari sekolah ataupun bekerja di Rusia.

Dua di antaranya berasal dari Provinsi Donestk dan Provinsi Luhansk, wilayah di Ukraina yang akhirnya diakui kedaulatannya oleh Rusia. Setiap akhir pekan, kata dia, mereka yang beraktivitas di Rusia mudik ke Ukraina.

"Secara kekerabatan masyarakat, sebenarnya tidak ada masalah. Sampai sekarang pun masyarakat Rusia dan Ukraina biasa saja,” katanya.

Warga Ukraina etnis Rusia banyak bermukim di sana sejak dulu.

Ia menilai, ada kemungkinan konflik Rusia-Ukraina itu akan berakhir di meja perundingan. Menurutnya sejarah telah membuktikan bagaimana diplomat Uni Soviet mampu menghindarkan konflik perang nuklir pada 1962.

Baca Juga: Apa itu SWIFT? Sanksi 'Mematikan' yang Bisa Bungkam Perekonomian Rusia Buntut dari Invasi Ukraina

“Ada satu moto yang dipegang teguh para diplomat Rusia-Ukraina hingga saat ini, yaitu ‘lebih baik 10 tahun berunding daripada satu hari berperang’. Slogan ini jadi kurikulum wajib calon diplomat,” kata dia.

Dari sejarah ini dia menyebut Rusia dan Ukraina selayaknya saudara kandung yang tidak bisa dipisahkan. Karena, kata dia, konflik terjadi akibat geopolitik di Eropa Timur. “Saya yakin konflik ini akan berakhir di meja perundingan,” katanya.

Load More