Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Kamis, 24 Maret 2022 | 21:49 WIB
Tradisi Karamasan yang dijalankan warga di kampung adat Miduana, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. [Istimewa]

SuaraJabar.id - Sambut bulan suci Ramadhan, warga di kampung adat Miduana menjalankan tradisi lokal mandi besar "Kuramasan" yang berlangsung di Sungai Cipandak, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Ketua Lokatmala Foundation Wina Rezky Agustina megatakan dalam tradisi Kuramasan ini, warga sejak pagi hingga waktu zuhur sehari menjelang puasa akan mendatangi Sungai Cipandak baik sendiri-sendiri maupun berkelompok.

"Sebelum prosesi mandi massal ini, warga adat memanjatkan niat dan doa yang dipimpin oleh pemimpin adat setempat lalu dengan tanpa harus membuka pakaian mereka turun ke Sungai Cipandak," kata Wina yang juga menjadi pendamping warga adat Miduana itu dalam keterangan tertulis yang diterima Kamis (24/3/2022).

Tak hanya prosesi mandi massal, warga juga membersihkan sungai dari sampah dan mengangkatnya ke pinggir sungai yang dilakukan secara gotong-royong.

Baca Juga: 6 Keistimewaan 10 Hari Pertama Ramadhan, Perbanyak Ibadah dan Beramal Agar Mendapat Pahala Besar!

Setelah acara selesai, menurut Wina, biasanya akan digelar kegiatan makan bersama atau dikenal dengan istilah 'mayor di tepi sungai'.

Wina menilai bahwa tradisi Kuramasan memiliki sisi yang menarik, termasuk soal kesiapan mental dan spiritual warga dalam menyambut serta menjalankan puasa di bulan suci Ramadan.

"Dari tradisi mandi Kuramasan ini saja kita belajar tentang pentingnya membersihkan diri lahir batin, memulai sesuatu dengan niat yang baik dan persiapan yang paripurna, selalu memelihara kekompakan, serta peduli sesama," kata Wina.

Kegiatan seni budaya dan tradisi warga kampung adat Miduana di Desa Balegede semakin dikenal publik, termasuk peningkatan kunjungan wisatawan lokal serta mancanegara, menyusul pendampingan yang dilakukan Yayasan Kebudayaan Lokatmala Indonesia atau Lokatmala Foundation dalam beberapa bulan terakhir.

Menurut yayasan itu, Lokatmala Foundation mendorong upaya revitalisasi kampung adat Miduana ke berbagai pihak, termasuk pemerintah. Yayasan menilai bahwa berbagai seni budaya, tradisi, dan adat kesundaan di wilayah itu terancam punah bila tidak segera mendapat perhatian semua pihak.

Baca Juga: Selama Pandemi Covid-19, Penetrasi Internet di Bulan Ramadhan Meningkat

Pemkab Cianjur sendiri kini tengah berupaya membangun berbagai fasilitas pendukung, termasuk menerbitkan regulasi atas keberadaan kampung adat Miduana agar tetap lestari.

Wina mengatakan Kedusunan Miduana merupakan sebuah perkampungan yang masih berpegang teguh pada tradisi kesundaan dalam kehidupan sehari-hari.

Dusun tersebut terhampar dalam areal 1041 HA persegi, meliputi 11 rukun tetangga (RT) dan empat rukun warga (RW) yang dihuni oleh 280 kepala keluarga (KK) terdiri dari 557 laki-laki dan 650 perempuan atau sekitar 1.207 jiwa.

Seluruh mata pencaharian warga kampung adat Miduana masih mengandalkan sektor pertanian dan tetap menjalankan "tetekon" atau aturan tradisi tata kelola pertanian yang dijalankan secara turun-temurun. Di samping itu, penduduk lainnya juga bekerja di sektor lain, seperti berdagang dan membuka usaha kecil.

Load More