SuaraJabar.id - Ribuan mahasiswa Bandung dari lintas kampus kembali menggelar unjuk rasa di depan Gedung DPRD Jawa Barat, hari ini, Kamis (14/4/2022).
Menjelang magrib, sekitar pukul 17.30 WIB aksi mulai memanas. Kawat berduri yang semula melingkari area gerbang berhasil dicopot massa aksi.
"Mungkin kami bakal dicap perusuh, tapi sejatinya ini karena aparat yang kerap tidak humanis. Mungkin kami dicap provokator tapi pemasangan kawat berduri ini yang akan meprovokasi kami. Memang siapa kami sehingga rumah rakyat ini dipasangi kawat berduri," teriak seorang orator.
Diketahui, demo ini masih menuntut sejumlah isu yang sama dengan beberapa aksi sebelumnya yang digelar di Kota Bandung. Yang paling santer adalah menolak kenaikan BBM dan kelangkaan minyak goreng.
Pantauan Suara.com, demonstrans mulai berkumpul di depan Gedung DPRD Provinsi Jawa Barat sekitar pukul 13.00 WIB. Sebagian massa aksi juga ada yang berunjuk rasa di depan Gedung Sate, Jalan Diponegoro.
Sebagian massa itu kemudian bergabung di depan gedung DPRD Provinsi Jawa Barat. Sejumlah perwakilan bergantian menyampaikan orasinya.
Selain itu, mahasiswa juga membakar ban sebagai ekspresi kekecewaan. Suasana pun mulai memanas menjelang Magrib. Sebagain massa aksi membongkar kawat berduri dan merangsek ke depan gerbang.
Hingga pukul 18.20 ini, massa aksi masih bertahan di titik aksi. Mereka pun sempat menggelar salat Magrib berjamaah. Sementara itu, barisan aparat kepolisian yang semula tak terlihat, kini mulai bersiaga di area halaman dalam DPRD Provinsi Jabar.
Menurut beberapa perwakilan mahasiswa, massa yang turut demo kali ini tidak hanya dari Bandung, ada pula yang berasal dari sejumlah daerah lain seperti Karawang, Kuningan, Sukabumi dan lainnya.
Baca Juga: Ini yang Bikin Kakak Beradik di Lembang Nekat Tanam Ganja di Rumah
Diketahui, di antara mereka menilai bahwa isu penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden sebagai isu elitis. Meski hal itu tetap patut dikritisi, tapi mahasiswa tak mau terjebak hanya pada isu tersebut.
Ada kekhwatiran, gerakan massa hari ini dan keresahan publik yang terbangun hanya berkutat pada isu elitis tersebut dan mengesampingkan isu-isu kerakyatan.
Adapun, isu kerakyatan yang mereka anggap tak kalah mendesak untuk disuarakan, di antaranya soal kenaikan harga BBM, kenaikan harga dan kelangkaan minyak goreng, masalah agraria, perampasan lahan, monopoli ekonomi oleh oligarki, represifitas aparat, kemiskinan, dan sejumlah persoalan lainnya.
Kontributor : M Dikdik RA
Berita Terkait
Terpopuler
- Ole Romeny Menolak Absen di Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
- Tanpa Naturalisasi, Jebolan Ajax Amsterdam Bisa Gantikan Ole Romeny di Timnas Indonesia
- Makna Satir Pengibaran Bendera One Piece di HUT RI ke-80, Ini Arti Sebenarnya Jolly Roger Luffy
- Ditemani Kader PSI, Mulyono Teman Kuliah Jokowi Akhirnya Muncul, Akui Bernama Asli Wakidi?
- Jelajah Rasa Nusantara dengan Promo Spesial BRImo di Signature Partner BRI
Pilihan
-
Kevin Diks Menggila di Borussia-Park, Cetak Gol Bantu Gladbach Hajar Valencia 2-0
-
Calvin Verdonk Tergusur dari Posisi Wingback saat NEC Hajar Blackburn
-
6 Smartwatch Murah untuk Gaji UMR, Pilihan Terbaik Para Perintis 2025
-
3 Film Jadi Simbol Perlawanan Terhadap Negara: Lebih dari Sekadar Hiburan
-
OJK Beberkan Fintech Penyumbang Terbanyak Pengaduan Debt Collector Galak
Terkini
-
Ambisi Besar Cianjur 2025: Targetkan 30 Persen Turis Bule Hingga Janji Ramzi Bereskan 'Jalur Neraka'
-
5 Fakta Skandal Rp2,1 M di Garut: Dari Ultimatum DPRD Hingga Daftar 13 Kecamatan Wajib Setor Uang
-
Terjerat Temuan BPK, Ini Daftar 13 Kecamatan di Garut yang Wajib Kembalikan Uang Negara Rp2,1 M
-
Siapa Bertanggung Jawab? BPK Temukan Rp2,1 M Harus Kembali ke Kas Negara dari 13 Kecamatan Garut
-
5 Fakta Penting Anjloknya KA Argo Bromo Anggrek di Subang, Puluhan Jadwal Kacau