Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Rabu, 25 Mei 2022 | 16:24 WIB
ILUSTRASI - Pedagang telur di Pasar tradisional. [Dok.Antara]

SuaraJabar.id - Masyarakat Kota Banjar, Jawa Barat mengeluhkan tingginya harga telur ayam ras yang saat ini harganya tembus Rp 28 ribu per kiogram.

Tingginya harga telur ayam ini membuat pedagang dan konsumen kelimpungan. Mereka mendesak pemerintah turun langsung untuk menstabilkan harga telur di tingkat pasar.

Salah seorang agen penjual telur Pasar Banjar, Oli Solihat mengatakan, makin meroketnya harga telur ayam ras tersebut terjadi sejak satu minggu ini. Bahkan, sudah mulai terasa setelah usai libur lebaran.

Sebelumnya saat lebaran, telur ayam masih berada kisaran harga Rp 25 ribu. Tetapi sekarang terus mengalami kenaikan, dengan harga di tingkat eceran Rp 27-28 ribu per kilogram, dan Rp 26 ribu untuk penjualan per peti.

Baca Juga: Jokowi Soroti Penyelenggaraan Mudik Lebaran 2022, Begini Respon Netizen

Harusnya, kata Solihat, untuk harga telur ayam ras normalnya Rp 23 ribu per kilogram, dengan kestabilan harga bertahan selama 3 hari sampai 1 minggu.

“Setelah Lebaran masih Rp 25 ribu. Tetapi sekarang terus naik sampai 27 per kilogram. Naiknya itu mulai satu minggu ini,” katanya kepada wartawan, Rabu (25/5/2022).

Lebih lanjut ia menambahkan, naiknya harga telur tersebut karena menurutnya pasokan barang sempat tersendat.

Selain itu, harga pakan ayam di tingkat peternak juga informasinya naik, sehingga mempengaruhi harga penjualan.

Sehingga, kata Solihat, akibat kenaikan harga tersebut banyak konsumen yang mulai mengeluh dan mengurangi omzet penjualan, karena perputarannya agak melambat.

Baca Juga: Evaluasi Mudik Lebaran 2022, Jokowi: Alhamdulillah Aman, Kasus Covid-19 Tidak Bertambah

“Kalau pasar mah ramai. Cuma penjualan jadi menurun. Pelanggan saya biasanya juga ada yang ambil 2 peti sekali belanja, tapi sekarang mulai dikurangi hanya ambil 2 kilo untuk jualan di warung,” katanya.

Ia pun meminta kepada pemerintah untuk turun langsung ke lapangan mencarikan solusi, agar harga telur di tingkat pasar bisa stabil dan kembali ke harga normal, yaitu Rp 23 ribu per kilogram.

Hal itu, selain karena sejauh ini banyak konsumen yang mengeluhkan meroketnya harga telur ayam, juga banyak para pedagang yang merasa keberatan, jika harga terus naik. Pasalnya, mereka (pedagang) harus menambah modal usaha.

“Tolonglah dari pemerintah harus menyikapi dengan baik, jangan asal sidak-sidak aja nggak ada hasilnya. Keinginan kami harga normal dan stabil. Karena jika naik kami juga jadi menambah modal,” tukasnya.

Sementara itu, seorang konsumen, Umi, menilai harga telur tersebut sangat mahal dan merasa keberatan dengan naiknya harga telur. Karena menurutnya, omzet penjualannya ikut terdampak.

Terlebih, ia berbelanja telur untuk kembali dijual. Untuk itu, Umi menginginkan agar harga telur bisa kembali stabil.

“Tadi saya beli 4 kilogram harganya masih mahal. Keberatan lah, namanya juga mau buat jualan lagi. Penginnya harga telur ayam normal dan tidak meroket kembali. Pelanggan juga banyak yang ngeluh,” singkatnya.

Load More