Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Rabu, 08 Juni 2022 | 11:20 WIB
Sebuah warteg di Kota Cimahi terpaksa menaikan harga makanan berbahan telur ayam meski harus menerima banyak komplain dari pelanggan. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

SuaraJabar.id - Sejumlah pemilik warteg di Kota Cimahi mengeluhkan tingginya harga telur ayam di pasar. Mahalnya harga telur ayam tersebut memaksa mereka menaikan harga makanan yang berbahan telur ayam.

Seperti yang dialami Ropiko (47), pemilik warteg di Jalan Kolonel Masturi, Kota Cimahi. Ia mengaku saat ini harga telur di pasar mencapai Rp 29 ribu per kilogram.

"Iya sekarang lagi mahal telur. Saya juga kepaksa naikin harga ke pelanggan," ujar Ropiko kepada Suara.com pada Rabu (8/7/2022).

Semula ia menjual telur dadar ataupun telur bulat Rp 4 ribu per potong. Namun dengan naiknya harga telur di  pasar, ia menaikan harganya menjadi Rp 5 ribu per biji.

Baca Juga: Manfaat Masker Putih Telur dan 3 Cara Membuatnya di Rumah

"Iya terpaksa naik jiga seribu. Pelanggan pada ngeluh, tapi ya gimana lagi," ucapnya.

Sebelumnya, Linda Purnamasari (33) salah seorang pedagang telur di Pasar Atas Baru, Kota Cimahi menuturkan, harga telur ayam di pasar tradisional sudah menyentuh Rp 29 ribu per kilogram. Padahal normalnya rata-rata Rp 23-25 ribu per kilogram.

"Iya harganya naik bertahap. Sempat turun Rp 26 ribu per kilogram, sekarang perlahan naik lagi jadi Rp 29 ribu per kilogram," terangnya.

Menurut Linda, meroketnya harga telur ayam ras tersebut dikarenakan pasokannya yang berkurang. Biasanya ia mendapat pasokan telur ayam dari daerah Blitar, Jawa Timur.

Selain pasokan yang berkurang, harga pakan ayam yang juga naik dan sulit ikut mempengaruhi kenaikan harga telur ayam.

Baca Juga: Takut Ada PHK Massal, Tenaga Honorer di Cimahi "Terpaksa" Kuliah untuk Kejar Syarat P3K

"Biasanya saya itu dipasok sehari 3 kwintal, sekarang cuma 2 kwintal. Terus harga pakannya juga katanya lagi susah," ujar Linda.

Dikatakannya, naiknya harga telur ayam itu menghambat penjualan. Pasalnya, konsumen kini mengurangi pembeliannya. Linda mencontohkan, biasanya pedagang belanja hingga 2 kilogram, kini rata-rata hanya membeli 1 kilogram.

"Jadi naik harga ini bukannya untung, tapi malah sebaliknya. Pembelinya juga mengeluh, pada mengurangi belanja," tuturnya.

Untuk itu, Linda berharap pemerintah segera turun tangan untuk mengatas permasalahan kenaikan harga telur ayam ini.

"Bagi saya mending harganya normal, gak naik. Harapannya seperti itu," ucapnya.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

Load More