Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Senin, 05 September 2022 | 20:15 WIB
DOKUMENTASI - Pihak klub dan Bobotoh terancam sanksi berat akibat oknum menyalakan flare saat laga Persib vs Bali United di Stadion GBLA, Minggu, 12 Juni 2022. [Ayobandung.com/Gelar Aldi S]

SuaraJabar.id - Persib Bandung menjadi salah satu tim yang merugi banyak akibat ulah oknum suporternya pada awal BRI Liga 1 Indonesia 2022/2023.

Dari 8 laga yang sudah dilalui baik kandang maupun tandang, Persib Bandung harus membayar denda total sekitar 450 juta. Persib Bandung dikenai sanksi Komisi Disipiln (Komdis) PSSI akibat ulah oknum suporternya.

Denda tersebut diperoleh dari tiga laga, yakni saat melakoni laga kontra Bhayangkara FC. Di laga itu, Persib Bandung dijatuhi sanksi Rp 200 juta lantaran ada oknum Bobotoh yang menyalakan flare.

Besaran denda dan pelanggaran serupa harus dibayarkan manajemen Persib Bandung saat menghadapi PSS Sleman. Kemudian saat menghadapi Bali United, pelemparan botol yang dilakukan oknum Bobotoh membuat Persib Bandung kembali dijatuhi sanksi Rp 50 juta.

Baca Juga: Sweeping Kendaraan Berplat Merah, Lima Pengunjuk Rasa Tolak Kenaikan BBM Ditangkap di Patung Kuda

Pengamat sepakbola Doni Setiabudi mengatakan, masih lolosnya flare yang dibawa oknum suporter masuk ke dalam vanue pertandingan di antaranya adalah karena adanya persepsi yang kurang tepat di kalangan Bobotoh.

"Masih ada oknum Bobotoh yang masih menggagap bahwa kemeriahan itu harus selalu dengan flare. Padahal harusnya tidak seperti itu," kata Doni saat dihubungi Suara.com, Senin (5/9/2022).

Ia mengatakan, Persib harus menanggung denda yang jumlahnya tak sedikit akibat ada penonton yang menyalakan flare di stadion.

Padahal kata dia, uang sejumlah Rp 400 juta itu sebenarnya bisa digunakan Persib untuk hal lain yang jauh lebih bermanfaat.

"Sayang uangnya bisa diefektifkan buat yang lain," kata Doni.

Baca Juga: Seto Nurdiantoro Batal Mundur dari PSS Sleman, Tapi Mengaku Kebingungan

Dengan denda besar yang harus diterima Persib Bandung itu, kata Doni, seharusnya membuat superter lebih dewasa dan menjadikannya sebuah pembelajaran. Sebab hal-hal tersebut hanya akan merugikan tim kesayangan mereka.

Selain kesadaran dari para suporter untuk tidak melakukan tindakan yang bisa merugikan tim kesayangan, kata Doni, upaya pencegahan juga harus dilakukan berbagai elemen terkait seperti aparat kepolisian, panitia hingga para suporter lainnya.

"Kemudian imbauan harus selalu dilakukan. Harus ada juga kerja sama misalnya melakukan sweeping atau apa. Karena pada dasarnya orang yang bawa flare ini bisa diantisipasi. Itu merugikan," katanya.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

Load More