SuaraJabar.id - Kenaikan harga kedelai dalam sebulan terakhir membuat para perajin tempe harus memutar otak agar tidak merugi. Termasuk di Kota Cimahi.
Jika harus menaikkan harga secara drastis, mereka khawatir produknya tak laku di pasaran. Namun jika tidak menaikkan harga, bisa dipastikan mereka akan merugi.
Kusnanto (54) salah seorang produsen tempe asal Jalan Margaluyu, RT 07/02, Kelurahan Cimahi, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi menuturkan, ia memilih untuk menaikan harga jual ke konsumennya agar tidak terlalu merugi.
"Kalau saya terpaksa naikin harga, meskipun hanya Rp 500. Misalnya yang semula saya jual Rp 7.000, naik jadi 7.500," tutur Kusnanto kepada Suara.com pada Kamis (29/9/2022).
Ia terpaksa menaikan harga jual tempe sebab jika tidak, omzet yang didapatnya akan terus menurun dan berujung pada kerugian. "Omzet jelas berkurang, bisa sampai 30 persen. Jadi mau gak mau saya naikin harga," ucapnya.
Ia sadar betul kenaikan harga tempe ini akan mendapat komplain dari pelanggannya. Namun menurutnya menaikan harga adalah pilihan terbaik saat ini dibandingkan harus memangkas ukuran tempe lebih kecil lagi.
"Pembeli udah tau harga naik, mereka memaklumi. Kalau saya kecilin ukurannya, nanti kualitasnya malah jelek. Kan pembeli malah kecewa nantinya," kata dia.
Kusnanto mengungkapkan, kenaikan harga kedelai saat ini membuat para produsen tempe dalam situasi yang sulit. Apalagi kenaikan harga kedelai ini menurutnya terus terjadi setiap tahun.
Saat ini harga kedelai mencapai Rp 12.700 per kilogram. Kondisi tersebut terjadi usai subsidi harga kedelai dicabut oleh pemerintah pusat.
Baca Juga: Tenang! Kedelai Lokal untuk Bahan Baku Tahu dan Tempe di Kudus Mulai Tersedia
"Awal September itu kedelai sudah mulai naik. Waktu pas ada subsidi itu harganya Rp 11.100 per kilogram. Jadi kondisi kita itu ibaratkan sulit bernafas, tapi harus terus dijalani," sebut Kusnanto.
Selain karena pelemahan rupiah terhadap dolar, ungkap dia, gejolak harga kedelai yang kerap terjadi dikarenakan ketiadaan stok nasional yang sebelumnya dipegang oleh Perum Bulog dan hampir 100 persen mengandalkan impor.
Untuk itu, dirinya meminta pemerintah mengutus Perum Bulog untuk memegang kembali ketersediaan kedelai di tanah air.
"Jadi Bulog harus turun lagi, kuasai lagi sembako termasuk kedelai ini seprti dulu," ujarnya.
Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki
Tag
Berita Terkait
-
Goreng Tempe Bentuk Beruang, Warganet: Imut Bener Buat Bekal
-
Tenang! Kedelai Lokal untuk Bahan Baku Tahu dan Tempe di Kudus Mulai Tersedia
-
Harga Semakin Mahal, Ukuran Tempe di Pasar Kuta Semakin Kecil
-
Harga Tempe Ikut Naik Terimbas Kenaikan BBM, Buruhnya Pun Berharap Gaji Meningkat
-
Makan Tempe Mentah dan Bahan Herbal Ini Buat Obati Sakit Kaki dan Tulang Kata dr.Zaidul Akbar, Manjur Berkhasiat!
Terpopuler
- Kata-kata Miliano Jonathans Tolak Timnas Indonesia
- Miliano Jonathans: Hati Saya Hancur
- Dari Premier League Bersama Crystal Palace Kini Main Tarkam: Nasib Pilu Jairo Riedewald
- Insiden Bendera Terbalik saat Upacara HUT RI ke-80, Paskibraka Menangis Histeris
- Dicari para Karyawan! Inilah Daftar Mobil Matic Bekas di Bawah 60 Juta yang Anti Rewel Buat Harian
Pilihan
-
Viral! Ekspresi Patrick Kluivert Saat Kibarkan Bendera Merah Putih di HUT RI-80, STY Bisa Kaya Gitu?
-
Tampak Dicampakkan Prabowo! "IKN Lanjut Apa Engga?" Tanya Basuki Hadimuljono
-
Tahun Depan Prabowo Mesti Bayar Bunga Utang Jatuh Tempo Rp600 Triliun
-
5 Rekomendasi HP Realme Murah Terbaik Agustus 2025, Harga Mulai Rp 1 Jutaan
-
Kontroversi Royalti Tanah Airku, Ketum PSSI Angkat Bicara: Tidak Perlu Debat
Terkini
-
Mobil SMAN 5 Taruna Brawijaya Hantam Truk di Tol Jombang, Empat Orang Terluka Parah
-
Denda PBB Dihapus dan Pajak di Bawah Rp100 Ribu Gratis di Kabupaten Bogor
-
Hormat ke 'Nyi Roro Kidul' Jadi Polemik, Pemprov Jabar Jawab dengan Agenda Kirab Kerajaan Sunda
-
Hormat ke 'Nyi Roro Kidul' di Kirab HUT RI, Dedi Mulyadi Dihujat dan Dituding Punya Obsesi
-
Semarak HUT RI ke-80: Ketika Tenaga Medis Masa Depan Berdandan Ala Timnas di SMK Moestopo