SuaraJabar.id - Kebijakan Pemerintah Indonesia untuk mengantisipasi krisis pangan di tengah gejolak ekonomi dunia dinilai sudah jitu dan efektif.
"Langkah-langkah Indonesia sudah sangat jitu untuk mewujudkan swasembada pangan; dan ada indikasi yang jelas bagaimana Pemerintah membangun infrastruktur di sektor pangan," kata Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dalam Forum Merdeka Barat 9, hari ini.
Moeldoko menyebut Indonesia menerapkan kebijakan yang dinamis dan terbukti jitu untuk mengurangi dampak gejolak ekonomi dan politik global akibat situasi pandemi COVID-19 dan ketegangan geopolitik antara Rusia-Ukraina.
Tetapi, menurut Moeldoko, gejolak tersebut berdampak pada capaian target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024.
Baca Juga: Koar-koar Radikalisme Naik Jelang Pemilu 2024, KSP Moeldoko Dinilai Lupa Diri!
Moeldoko menjelaskan hingga saat ini emerintah telah membangun sejumlah infrastruktur penunjang sektor pangan Indonesia, di antaranya 35 unit bendungan, 10.035 hektare jaringan irigasi, dan 21 embung pangan.
Selain itu, menurut dia, pemerintah juga merehabilitasi 152.615 hektare jaringan irigasi, menyediakan 2,86 meter kubik/detik air baku, serta membangun 157 kilometer pengendali banjir dan pengamanan pantai.
"Ini yang mendukung surplus pangan Indonesia dalam tiga tahun terakhir. Pemerintah sudah mengantisipasi situasi krisis yang terjadi, sehingga kita tidak kekurangan pangan hingga saat ini. Neraca beras kita juga surplus kurang lebih 3 juta ton," katanya.
Produksi beras Indonesia pada 2022 meningkat dibanding tahun sebelumnya, yakni dari 55,67 juta ton gabah kering giling menjadi 54,42 juta ton GKG. Data BPS pada 31 Maret 2022 juga menunjukkan pasokan beras nasional mencapai 9,11 juta ton. Stok beras itu terus meningkat pada 30 April 2022 sebesar 10,15 juta ton.
Moeldoko mengatakan Presiden Jokowi dalam setiap kesempatan juga menekankan pentingnya masyarakat Indonesia untuk menanam apa saja agar terhindar dari krisis pangan.
Baca Juga: Moeldoko: Potensi Peningkatan Radikalisme Jelang 2024 Harus Diwaspadai
Di sektor energi, program Biodiesel 30 (B30) dapat mengurangi impor minyak, memberikan keseimbangan harga bagi komoditas sawit dalam negeri, serta memperbaiki defisit neraca perdagangan.
Berita Terkait
-
Pefindo Bicara Nasib Surat Utang Korporasi di Tengah Gejolak Ekonomi
-
Polytron Disebut Akan Bangun Mobil Listrik Nasional, Sudah Gandeng Pabrikan China
-
Fokus Bangun Ekosistem Kendaraan Listrik Usai Pensiun, Moeldoko: MAB Sudah Dilihat Eksistensinya
-
Teken Dealership Agreement Eksklusif, MAB Jadi Distributor Resmi Truk Yutong di Indonesia
-
Moeldoko Pernah Banting 'Jam Tangan Mewah', Pejabat Kejagung Diharap Berlaku Sama
Terpopuler
- Advokat Hotma Sitompul Meninggal Dunia di RSCM
- Jay Idzes Ditunjuk Jadi Kapten ASEAN All Star vs Manchester United!
- Kejutan! Justin Hubner Masuk Daftar Susunan Pemain dan Starter Lawan Manchester United
- Sosok Pria di Ranjang Kamar Lisa Mariana Saat Hamil 2021 Disorot: Ayah Kandung Anak?
- Hotma Sitompul Wafat, Pengakuan Bams eks Samsons soal Skandal Ayah Sambung dan Mantan Istri Disorot
Pilihan
-
LAGA SERU! Link Live Streaming Manchester United vs Lyon dan Prediksi Susunan Pemain
-
BREAKING NEWS! Indonesia Tuan Rumah Piala AFF U-23 2025
-
Aksi Kamisan di Semarang: Tuntut Peristiwa Kekerasan terhadap Jurnalis, Pecat Oknum Aparat!
-
Belum Lama Direvitalisasi, Alun-alun Selatan Keraton Solo Dipakai Buat Pasar Malam
-
IHSG Susah Gerak, Warga RI Tahan Belanja, Analis: Saya Khawatir!
Terkini
-
Prestasi Mendunia dan Membanggakan: BRI Raih Euromoney Private Banking Awards 2025 di London
-
Kain Tenun Ulos Kebanggaan Indonesia Sukses Tembus Pasar Amerika Serikat Berkat Klasterkuhidupku BRI
-
Berdayakan UMKM Go Global, BRI Hadirkan Binaannya di FHA-Food & Beverage 2025 Singapura
-
Bersinergi dengan BPKH dan Kemenag, BRI Sediakan Banknotes untuk Living Cost Jemaah Haji 2025
-
Direktur Utama BRI Hery Gunardi Jadi Ketum PERBANAS 20242028, Punya Berbagai Karir Cemerlang