Tidak hanya Surmi yang merasakan efek negatif dari asap pembakaran batu bara PLTU 1 Indramayu.
Warga lain di Desa Sumur Adem, Kecamatan Sukrak, Kabupaten Indramayu yang di kampungnya berdiri kokoh PLTU 1 Indramayu dengan kapasitas 3x330 Megawatt (MV) juga rasakan dampak langsung.
Udara segar di desa ini tak lagi dirasakan. Tiap harinya warga desa hanya melihat kepulan asap pembakaran batu bara dari corong PLTU 1 Indramayu.
Langit desa mereka gelap tertutup kepulan asap. Udara bersih bagi warga desa jadi barang mahal saat ini. Efeknya tentu saja penyakit pernafasan seperti ISPA atau Pneumonia dirasakan warga.
Baca Juga: Kemenangan Rakyat Cirebon Makin Kuat, ESDM Didesak Cabut Izin Lingkungan PLTU Tanjung Jati A
Menurut ketua jatayu Rodi (62), masyarakat di sekitar PLTU 1 Indramayu menderita ISPA dan Pneumonia. Penyebabnya tentu saja aktivitas pembakaran batu bara yang berlangsung 24 jam nonstop.
Tak tanggung-tanggung penyakit yang menyerang saluran pernafasan itu menyasar pada balita dan juga pria parubaya yang kondisi fisiknya sudah renta.
"Singkat kata kalau untuk penyakit-penyakit yang lain sudah di cek di tegal taman, nomer satu kalau penyakit ISPA, balita dan aki-aki, tapi sebagian besar balita," kata Rodi.
Lima tahun PLTU 1 Indramayu beroperasi, sejumlah kalangan dari mahasiwa kata Rodi sempat mendata desa-desa untuk mengetahui seberan penderita ISPA.
Awalnya, data masyarakat yang mengidap ISPA terpampang jelas di puskesmas Sukra Kabupaten Indramayu. Namun, saat ini data tersebut sulit diakses.
Baca Juga: Rentetan Kiamat Warga Indramayu Pasca Tembok Beton PLTU Berdiri
"Pihak-pihak yang kepentingan belum tau sehingga bisa membuktikan dan terpampang juga di puskesmas Sukra, dulu masih terpampang dengan meningkatnya ISPA itu flek," kata Rodi.
"tapi setelah kita butuhkan data itu, sudah di hilangkan data itu lenyap," sambung Rodi.
Tak Hanya Manusia, Ikan Pun Mati
PLTU 1 Indramayu yang berlokasi di Jl. Raya Sukra, Sumuradem, Kec. Sukra, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat mulai beroperasi sejak 2011. Selama itu juga sampai sekarang, warga alami dampak tidak hanya untuk mata pencarian mereka namun juga lingkungan.
Pembakaran batu bara selama 24 jam nonstop yang membuat udara kotor dan lahan pertanian rusak juga dialami masyarakat nelayan.
Dampak PLTU 1 Indaramayu tidak hanya dirasakan para petani, bergeser ke bagian Utara ternyata ada sebuah pemukiman penduduk yang di isi mayoritas adalah nelayan, berlokasi di Desa Ujung Gebang, Kecamatan Patrol Kabupaten Indramayu.
Berita Terkait
-
Kemenangan Rakyat Cirebon Makin Kuat, ESDM Didesak Cabut Izin Lingkungan PLTU Tanjung Jati A
-
Rentetan Kiamat Warga Indramayu Pasca Tembok Beton PLTU Berdiri
-
Kolaborasi Berikan Bantuan Kepada UMKM Eks Pekerja Konstruksi PLTU Batang
-
Menko Airlangga Klaim Indonesia Berhenti Gunakan PLTU Batu Bara Pada 2027
-
Kriminalisasi Tak Surutkan Masyarakat Jatayu Tolak PLTU 1 Indramayu
Tag
Terpopuler
- 6 Mobil Bekas untuk Keluarga di Bawah Rp50 Juta: Kabin Luas, Cocok untuk Perjalanan Jauh
- 5 Mobil Eropa Bekas yang Murah dan Tahun Muda, Mulai dari Rp60 Jutaan
- 5 Rekomendasi Mobil SUV Bekas Bermesin Gahar tapi Murah: Harga Rp60 Jutaan Beda Tipis dengan XMAX
- Pemain Keturunan Medan Rp 3,4 Miliar Mirip Elkan Baggott Tiba H-4 Timnas Indonesia vs Jepang
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Anti Hujan Terbaik 2025: Irit, Stylist, Gemas!
Pilihan
-
5 HP Murah dengan Desain Mirip iPhone Juni 2025, Bukan iPhone HDC!
-
Pemain Keturunan Rp 112,98 Miliar Potensi Comeback Gantikan Teman Duet Bek Klub Serie B Lawan Jepang
-
5 Mobil Keluarga Rp70 Jutaan Juni 2025: Kabin Longgar Mesin Bandel, Irit Bahan Bakar
-
Eksklusif dari Jepang: Mulai Memerah, Ini Kondisi Osaka Jelang Laga Timnas Indonesia
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan dengan NFC Terbaru Juni 2025
Terkini
-
Terkuak! Dokter Terduga Pemerkosa Pasien Punya Fantasi Seksual Menyimpang
-
Sidang Korupsi Hibah NPCI Jabar: Hasil Audit Perkara Kevin Fabiano Dinilai Cacat Hukum
-
Terdapat 5 Link DANA Kaget Khusus untuk Warga Jabar, Klaim Sekarang Auto Cuan
-
Siap-siap! Lalu Lintas Tol Jabodetabek Meningkat Drastis
-
Indonesia Punya Harapan Baru Atasi Sampah, Ini Alasannya