Andi Ahmad S
Kamis, 07 Agustus 2025 | 17:34 WIB
Ilustrasi terorisme. [Ist]

Perekrut sangat lihai dalam mengidentifikasi target yang rentan. Mereka mendekati individu yang sedang mengalami krisis identitas, masalah ekonomi, patah hati, atau merasa terasingkan.

Dengan menawarkan rasa kepemilikan, tujuan hidup, dan persaudaraan, mereka mengisi kekosongan emosional targetnya sebelum mencuci otak mereka.

Brigjen Pol. Trunoyudo mengingatkan masyarakat agar tetap waspada terhadap lingkungan sekitar, "terutama jika menemukan adanya indikasi perekrutan secara terselubung yang dilakukan oleh kelompok teror yang disamarkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan sosial."

Agar tidak terjebak, kenali tanda-tanda bahaya (red flags) berikut ini:

Eksklusivitas Berlebihan

Mereka mengklaim kelompoknya adalah yang paling benar dan mendorong anggota untuk menjauhi keluarga atau teman lama yang dianggap "tidak sejalan".

Narasi "Kami vs Mereka"

Selalu membangun narasi permusuhan antara kelompoknya (kaum yang benar) dengan dunia luar (kaum yang salah, musuh).

Anti-Dialog dan Intoleran

Baca Juga: Misteri Peran Teroris Y di Bogor Terkuak, Densus 88: Menjabat Berbagai Posisi

Tidak bisa menerima perbedaan pendapat. Siapapun yang bertanya kritis atau tidak setuju akan langsung dicap sebagai musuh atau pengkhianat.

Kepatuhan Buta pada Pemimpin

Ada satu figur pemimpin yang sangat diidolakan, di mana semua perkataannya dianggap sebagai kebenaran mutlak yang tidak boleh dibantah.

Ajakan Bertahap

Dimulai dari ajakan berdonasi, ikut kajian, hingga akhirnya diminta melakukan tindakan yang lebih ekstrem, bahkan melanggar hukum, atas nama "perjuangan".

Ancaman ini nyata dan terus berevolusi. Kewaspadaan tidak hanya menjadi tugas aparat, tetapi juga tanggung jawab kita bersama untuk melindungi orang-orang terdekat dari jerat radikalisme berwajah baru ini.

Load More