Andi Ahmad S
Minggu, 05 Oktober 2025 | 06:17 WIB
Sebuah kisah pilu dan mengejutkan terungkap dari seorang wanita muda, Depi Korban Truk Tambang di Parung Panjang Bogor [YouTube Dedi Mulyadi]
Baca 10 detik
  • Korban truk tambang cacat permanen. Sopir dituduh sengaja melindas untuk hindari biaya pengobatan jangka panjang.

  • Perusahaan tambang lepas tanggung jawab setelah 10 hari, membuat korban harus menanggung biaya operasi besar.

  • Santunan baru diberikan setelah demo warga. Perusahaan justru cepat mengganti aset truk yang hilang.

SuaraJabar.id - Sebuah kisah pilu dan mengejutkan terungkap dari seorang wanita muda, korban kecelakaan truk tambang di Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Pertemuan emosionalnya dengan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi di Gedung Pakuan menjadi saksi bisu pengungkapan detik-detik mengerikan yang kini membuatnya harus menyandang status cacat permanen, terikat pada kursi roda.

Pengakuan Depi tak hanya menguak tragedi pribadinya, tetapi juga dugaan praktik keji di kalangan sopir truk tambang dan minimnya tanggung jawab perusahaan.

Depi menceritakan kembali peristiwa nahas yang terjadi pada 19 Agustus 2020 silam.

"Kejadiannya 19 Agustus 2020, dan sampai sekarang belum bisa ngapa-ngapain,” ungkap wanita berkacamata itu, kepada KDM sapaan akrab Dedi Mulyadi dikutip dari unggahan tayangan YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel.

Kecelakaan itu bermula saat Depi pulang sekolah dan baru saja mengisi bensin. Saat hendak berbelok, motor yang dikendarainya ditabrak dari belakang oleh truk tambang.

“Pulang sekolah habis isi bensin di pom, pas mau belok malah ditabrak dari belakang sama mobil tambang, saya pakai motor,” kenangnya pahit.

Benturan keras itu mengakibatkan Depi jatuh dan mengalami luka serius. Namun, yang lebih memilukan, wanita itu menuding sopir truk justru dengan sengaja terus melaju, seolah membiarkannya.

"Si sopir karena udah tahu Depi jatuh jadi dibablasin,” terangnya, dengan nada getir.

Baca Juga: Inilah Jam-Jam Penentu One Way di Puncak 5 Oktober 2025, Jangan Sampai Rencana Liburan Anda Hancur!

Pengakuan wanita itu tidak berhenti pada insiden kecelakaan saja. Ia mengungkap adanya praktik kelam yang diduga berlaku di kalangan sopir truk tambang.

Menurutnya, beberapa sopir lebih memilih untuk melindas korban hingga tewas ketimbang menanggung biaya pengobatan jangka panjang yang akan membengkak jika korban selamat.

"Kalau meninggal itu kan biayanya kayak sedikit, tapi kalau masih selamat itu berkelanjutan. Jadi dibablasin sama sopir. Dibablasin niatnya mau dibikin meninggal.” tegasnya dengan nada kesal.

Pengakuan ini sontak menimbulkan pertanyaan besar mengenai moralitas dan etika di balik operasional truk-truk tambang yang kerap kali membahayakan keselamatan warga.

Tragedi wanita mengenakan kursi roda itu diperparah dengan dugaan lepasnya tanggung jawab dari pihak perusahaan tambang tempat truk itu beroperasi. Perusahaan disebut hanya bertanggung jawab di awal penanganan korban.

"Awal doang, jadi dia tanggung jawabnya cuman 10 hari. Setelah itu, karena biayanya makin bengkak, harusnya itu minggu selanjutnya operasi kedua, operasi besar. Cuman karena tambang ini enggak mau tanggung jawab, lepas tanggung jawab, akhirnya dikeluarin dari rumah sakit tersebut,” tuturnya, menggambarkan betapa beratnya perjuangan yang harus ia hadapi sendirian.

Load More