Kepala Kampung Pasir Ujang Syarifudin membenarkan sempat terjadinya diskriminasi terhadap warga Kampung Baeud. Ia mengakui diskriminasi tersebut muncul karena rasa takut tertular Covid-19.
Bahkan perasaan takut itu pernah ia rasakan sendiri. Namun statusnya sebagai perangkat desa membuat Ujang harus ikut membantu warga Baeud menjalani proses karantina.
"Ya saya juga takut tertular. Tapi karena saya bagian dari Tim Satgas Covid-19 di Desa Samida, mau tidak mau saya harus berjaga di Posko dan membantu warga Baeud memenuhi kebutuhan sehari-hari," ujarnya.
Namun seiring berjalannya waktu Ujang melihat Covid-19 tidak berdampak fatal bagi kesehatan warga Baeud. Buktinya dari delapan warga yang positif Covid-19, semuanya berhasil sembuh kembali. Maka lambat laun rasa takutnya pun hilang.
Baca Juga:Aktivis Anti Masker Jadi Tersangka Jemput Paksa Jenazah Covid-19
Sementara itu, pedagang alat-alat rumah tangga di RT3 RW1 Kampung Baeud, Cucu (52) menuturkan, meski sudah memasuki masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) warungnya masib sepi pengunjung. Jarang sekali ada pembeli yang mau mampir membeli barang dagangannya.
"Ya wajar, gara-gara pandemi kan orang-orang jadi tidak punya uang, jadi belanja juga jarang," katanya.
Sebelumnya, Cucu dan suami berjualan sambil keliling desa. Suaminya bahkan mendapat pelanggan dari luar Kampung Baeud.
Namun setelah karantina, Cucu dan suami hanya bisa berjualan di warung. Ia berharap, pandemi segera berakhir sehingga aktivitas berjualannya bisa kembali normal.
Baca Juga:Program Perubahan Perilaku, Sulsel Masih Butuh 172 Jurnalis