Setelah hampir 72 tahun tertidur, Gunung Galunggung kembali mengalami erupsi pada tahun 1894 tepatnya pada tanggal 7 hingga 9 Oktober mengeluarkan awan panas. Kemudian pada 27 dan 30 Oktober, terjadi lahar yang mengalir pada alur sungai yang sama dengan lahar pada 1822. Letusan itu mengakibatkan Desa yang hancur sebanyak 50 buah, sebagian rumah ambruk karena tertimpa hujan abu.
Erupsi 1918
6 Juli 1918, erupsi diawali gempa bumi, menyebabkan hujan abu setebal 2-5 mm yang terbatas di dalam kawah dan lereng selatan. Pada 19 Juli, muncul kubah lava di dalam danau kawah setinggi 85 m dengan ukuran 560 x 440 m yang dinamakan gunung Jadi.
Erupsi 1982-1983
Baca Juga:Banyuwangi Terdampak Hujan Abu Vulkanik Gunung Raung
Erupsi Gunung Galunggung selanjutnya yakni pada tahun 1982 tepatnya pada 5 April. Erupsi disertai suara dentuman, pijaran api, dan kilatan halilintar. Kegiatan erupsi berlangsung selama 9 bulan dan berakhir pada 8 Januari 1983.
Pada erupsi tahun 1982-1983 ada tiga fase erupsi. Fase pertama, erupsi awal (5 April-6 Mei 1982) berupa erupsi tipe Pellean yang menghancurkan kubah lava Gunung Jadi, serta menghasilkan awan panas, lontaran batu, hujan batu, abu, dan gas.
Kubah lava yang terhancurkan diperkirakan 40%. Awan panas meluncur dan mengendap di Cibanjaran sejauh 5,1 km serta di Cikunir dan Cipanas sejauh 4,6 km. Tinggi abu erupsi mencapai 12 km dari kawah.
Erupsi pada 17-19 Mei, masih merupakan fase penghancuran kubah lava dianggap sebagai "erupsi utama" dalam fase pertama ini, dimana tinggi asap erupsi mencapai lk 30 km dan sisa kubah lava Gunung Jadi sebesar 5%. Setelah fase erupsi pertama ini, kegiatan selanjutnya selalu merupakan kelompok erupsi.
Fase kedua, berupa erupsi tegak tipe vulkano, yang secara dominan menghasilkan piroklastik jatuhan, lontaran batu dan hujan pasir, serta menghancurkan seluruh sisa kubah G. Jadi. Tinggi asap erupsi pada 13-19 Juli mencapai 35 km dan melemparkan sebagian sumbat lava pada pipa kepundan hingga kedalaman 150 meter dari dasar kawah. Terjadi semburan lava pijar dan abu.
Baca Juga:Waduh! Ratusan Santri Pesantren Al Kautsar 561 Cineam Positif COVID-19
Fase ketiga, merupakan erupsi Strombolian yang melontarkan batu pijar seperti kembang api. Erupsi yang lebih lemah dan menyemburkan asap dan abu dengan tingkat penghancuran kecil, mencapai tinggi maksimal asap erupsi setinggi 12 km.