"Untuk menutupi permintaan, kita rektrut temen-temen, ambil dari petani lain. Kita gak bisa memenuhi permintaan kalau dari lahan sendiri," ujar Roy.
Peningkatan bisnis buah strawberry itu otomatis berdampak terhadap omzet. Jika dulu awal merintis hanya diperoleh ratusan ribu per hari, maka sekarang ini omzet yang didapat bisa mencapai puluhan juta setiap bulannya.
Pendapatan tersebut bukan hanya dari buahnya saja, sebab Roy dan temannya sudah mengembangkan strawberry tersebut menjadi sebuah produk olahan berupa eskrim dan jus yang sudah memiliki konsumen tetap.
"Eskrim 200 cup per hari keluar. Sudah ada yang nampung. Di kita juga bisa petik langsung Rp 80 ribu per kilo," ujarnya.
Baca Juga:Irwansyah Kenang Ibunya Sosok yang Tak Pernah Marah
Kualitas dan kesuksesan bertani kebun strawberry milik Roy dan temannya itu dilirik perusahaan pupuk asal Norwegia untuk menjadi sponsor. Strawberry dari hasil kebunnya pun sudah dipromosikan ke luar negeri.
Meski begitu, kata Roy, ia dan temannya hingga saat ini belum merambah pasar ekspor. Ia akan fokus terlebih dahulu untuk memenuhi pasar lokal. Seperti Bandung Raya hingga wilayah Jawa Tengah.
"Yang membedakan dikita itu strawberry rasanya agak manis. Kan biasanya identik asam, cuma kita kita kurangi kadar asamnya sekitar 10 persen, 90 persen ke manis," pungkasnya.
Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki
Baca Juga:Tottenham Hotspur Tuntaskan Transfer Cristian Romero dari Atalanta