Detik-detik Mencekam Banjir Sukabumi Renggut Nyawa Nunung

"Air terus membesar dan merendam kamar, sampai kasur tempat tidur kakak saya terangkat oleh air," kenangnya.

Ari Syahril Ramadhan
Minggu, 20 Februari 2022 | 20:02 WIB
Detik-detik Mencekam Banjir Sukabumi Renggut Nyawa Nunung
Nurtini menunjukkan kamar tempat kakak iparnya meninggal dunia akibat terendam banjir pada Kamis, 17 Februari 2022. Foto ini diambil pada Minggu (20/2/2022). [Sukabumiupdate.com/Oksa Bachtiar Camsyah]

SuaraJabar.id - Banjir yang terjadi di Kabupaten Sukabumi pada Kamis (17/2/2022) kemarin yang disebabkan oleh meluapnya Sungai Cisuda disebut-sebut sebagai salah satu bencana terbesar di Kota Sukabumi.

Akibat bencana ini, Nunung Yunus (85) meninggal dunia di kamar adiknya yang terletak di Kampung Tugu, Kelurahan Jayaraksa, Kecamatan Baros akibat terendam banjir.

Adik mendiang Nunung, Sopyan masih mengingat betul peristiwa mencekam itu. Saat itu ia mengaku tak bisa berbuat banyak ketika luapan air merendam kamar tempat kakaknya terbaring lemas di atas tempat tidur.

Sopyan mengaku pasrah saat air masuk secara tiba-tiba ke dalam rumahnya. Gemetar suara Sopyan secara tersirat mewakili bagaimana kalutnya situasi ketika itu. Sebab kakaknya yang sudah berusia lanjut, tak bisa beranjak dari tempat tidurnya.

"Saat hujan deras, almarhumah saya pakaikan baju hangat supaya tidak kedinginan. Tapi, air terus membesar dan merendam kamar, sampai kasur tempat tidur kakak saya terangkat oleh air. Sedangkan kakak saya jatuh dan terendam," kata Sopyan dalam bahasa Sunda. Situasi ini terjadi sekira pukul 17.15 WIB.

Sopyan yang saat itu tidak punya banyak pilihan, sempat bertanya kepada kakaknya soal siapa di antara mereka yang akan meninggal lebih dulu dalam situasi tersebut.

"Saya sempat bilang kepada kakak, siapa yang akan lebih dulu meninggal?" kata Sopyan.

"Saya bilang, inginnya saya yang meninggal lebih dulu," imbuh dia.

Melihat kakaknya terendam, Sopyan juga sempat tak yakin bisa selamat dari bencana ini. Namun, segala upaya dilakukannya untuk bisa keluar dari dalam kamar lewat atap plafon, ditarik tetangga sekitar yang sudah bersiaga di atas rumahnya. Di situasi lain, istri Sopyan, Nurtini (47 tahun), berupaya menyelamatkan diri di halaman rumah.

Nurtini yang semula berusaha menahan luapan air masuk ke dalam rumahnya, justru terseret beberapa meter akibat derasnya banjir.

Banjir bandang di Jembatan Merah Sukabumi, Kamis (17/2/2022). [Sukabumiupdate.com]
Banjir bandang di Jembatan Merah Sukabumi, Kamis (17/2/2022). [Sukabumiupdate.com]

Dia pun luka di tangan akibat terpontang-panting di halaman rumah usai mencoba menahan air menggunakan beberapa benda yang ada seperti meja tempat biasa dia berjualan makanan anak-anak.

"Saya kan di luar rumah, di dalam itu ada suami dan almarhumah. Saya coba berpegangan ke tembok pagar rumah, tapi tembok itu ambruk dan saya terseret," ucap Nurtini.

Menurut Nurtini, baru sekira satu jam kemudian, air mulai surut dan kakak iparnya ditemukan meninggal dunia di dalam kamar. Jenazah Nunung Yunus pun langsung dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah R Syamsudin SH. Diketahui, Nunung baru kurang lebih enam bulan tinggal di rumah adiknya di Kampung Tugu.

Sungai Cisuda dan Kompleksitas Banjir

Tak hanya di Kampung Tugu, Kelurahan Jayaraksa, Kecamatan Baros, Badan Penangulangan Bencana Daerah atau BPBD Kota Sukabumi mencatat bencana banjir pada Kamis lalu terjadi merata di tujuh kecamatan, tepatnya di 64 titik. Selain banjir, BPBD pun menyebut ada tanah longsor di enam kecamatan yakni di 14 titik.

Berdasarkan data sementara BPBD Kota Sukabumi hingga Minggu (20/2/2022) pukul 12.00 WIB, ada 12.567 jiwa yang terdampak bencana banjir dan tanah longsor pada Kamis, 17 Februari 2022, satu di antaranya meninggal. Kemudian, 87 rumah rusak berat, 173 rusak sedang, dan 3.493 rumah lainnya rusak ringan.

Tercatat pula, satu tempat ibadah rusak berat, dua rusak sedang, dan dua rusak ringan. Selanjutnya, dua lembaga pendidikan rusak berat, satu rusak sedang, dan satu lainnya rusak ringan. Satu fasilitas kesehatan pun mengalami rusak berat. Dengan adanya korban jiwa, Kampung Tugu, Kelurahan Jayaraksa, dianggap menjadi lokasi terparah.

Berdasarkan keterangan warga, banjir luapan sungai Cisuda yang diperkirakan setinggi 2 meter merendam rumah hingga masjid di Kampung Tugu. Sejumlah rumah yang terendam mengalami rusak parah hingga kerugian meteri karena beberapa fasilitas di dalam rumah yang ikut terendam dan rusak.

Kompleksitas soal bencana banjir memang sudah terjadi lama. Silang pendapat ihwal kebiasaan masyarakat membuang sampah ke sungai selalu mengemuka ketika bencana ini terjadi. Dinas Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat pun angkat suara terkait peristiwa maut banjir di Kota Sukabumi, khususnya di Kampung Tugu, Kelurahan Jayaraksa, itu.

Kepala Seksi Sungai, Danau, Waduk, dan Pantai pada UPTD Cisadea - Cibareno Dinas Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat, Ana Purnamasari mengatakan sungai Cisuda merupakan kewenangan pihaknya. Sungai ini memiliki panjang 2,5 kilometer dengan lebar rata-rata 10 hingga 12 meter.

Menurut Ana, meluapnya sungai Cisuda pada Kamis lalu disebabkan curah hujan tinggi dan longsoran yang membawa material pepohonan yang kemudian tersangkut di beberapa jembatan, termasuk Jembatan Merah, Baros. Kondisi tersebut membuat penyumbatan, sehingga aliran air tidak lancar.

"Termasuk adanya penyempitan sungai di beberapa titik jembatan dan sedimentasi ikut menjadi pemicu dangkalnya dasar sungai," kata Ana. Dia pun tak memungkiri masih adanya kebiasaan warga membuang sampah ke sungai. "Perlu juga penertiban bangunan di area sempadan sungai," tambah Ana menjelaskan.

Ana mengatakan kedalaman sungai Cisuda dapat mencapai 4 meter di bagian hulu (wilayah Salabintana, Kecamatan/Kabupaten Sukabumi), dan terus berkurang hingga kurang lebih 2 meter ketika memasuki kawasan permukiman penduduk (hilir). Pelebaran sungai dan normalisasi pun dirasa perlu dilakukan untuk mengantisipasi kejadian serupa.

Beberapa hal lainnya yang menurut Ana harus dilakukan adalah pemasangan papan imbauan, pembuatan tembok penahan tanah di area rawan longsor, serta pengerukan sungai (normalisasi) pengerukan sampah dan sedimen. Pihaknya juga akan berkoordinasi dengan Perum Perhutani agar dilakukan terasering di sepanjang sungai Cisuda.

"Terasering itu dilakukan supaya tidak terjadi longsor yang menimbulkan banjir di hilir," ucapnya.

"Kami juga berkoordinasi dengan Pemerintah Kota dan Kabupaten Sukabumi agar bersama melakukan penertiban bangunan di sepanjang sungai, sehingga bisa sedikit menata dan ada perluasan," kata Ana.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini