Mengenal Djulaeha Karmita, Perempuan Cimahi yang Berani Angkat Senjata untuk Usir Penjajah

"Ibu Djulaeha juga tergabung di Laswi. Kalau di Cimahi dia sebagai ketua PMI, kemudian ketua Laswi di Cimahi sampai perang berakhir," ujar Ketua Tjimahi Heritage.

Ari Syahril Ramadhan
Rabu, 09 Maret 2022 | 16:52 WIB
Mengenal Djulaeha Karmita, Perempuan Cimahi yang Berani Angkat Senjata untuk Usir Penjajah
Sebuah jalan di Kota Cimahi yang namanya diambil dari pejuang perempuan, Djuleha Karmita. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

Machmud mengungkapkan, meski banyak berada di baris belakang, terkadang dirinya pun ikut mengangkat senjata ketika perang. Salah satu pertempuran heroik yang diikutinya adalah perang 4 hari 4 malam.

Pertempuran tersebut terjadi di sejumlah titik di Cimahi. Dari mulai sekitar Penjara Poncol di Kalidam dan Jalan Gatot Subroto yang dulunya dijadikan tangsi Belanda yang digawangi berbagai kompi, laskar, Badan Keamanan Rakyat (BKR) hingga Tentara Keamanan Rakyat (TKR) itu terjadi selama 4 hari 4 malam pada tahun 1947.

"Waktu di Cimahi, dia turun perang ketika pertempuran 4 hari 4 malam itu mereka ikut serta. Salah satu anak buahnya pun ikut dalam perang," ungkapnya.

Namun sayang, perang itu tidak berbuah kemenangan. Sejumlah pejuang dan warga ketika itu mengungsi ke arah selatan Bandung. Djulaeha pun ikut mengungsi ke sana.

Baca Juga:Kasus COVID-19 Masih Tinggi, Warga Kota Cimahi Dinilai Kurang Antusias Vaksinasi Booster

Maju pada periode usia perang selesai. Ketika itu, kemerdekaan Indonesia mulai diakui dunia internasional pada 1949.

Djulaeha pun menjadi seorang aktivis perempuan. Ia juga mulai turun ke dunia politik. Machmud mengatakan, Djulaeha pernah duduk di kursi dewan perwakilan di daerah.

"Setelah perang kemerdekaan selesai, Bu Julaeha kalau tidak salah menjadi aktivis perempuan, saya lupa apakah dia pernah menjadi anggota DPD atau DPRD," ungkapnya.

Sosok wanita itu pun dikabarkan meninggal di tahun 1990-an. Menurut Machmud sosoknya sangat penting dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, sehingga namanya pantas diabadikan.

"Yang pasti, dia memiliki jasa yang sangat penting terlebih seorang perempuan di Cimahi. Sebagai kaum perempuan yang tidak berpangku tangan, tidak hanya berkecimpung di rumah tapi juga turut berjuang bersama kaum laki laki di medan pertempuran," pungkasnya.

Baca Juga:Warga Menjerit Karena Harga Kebutuhan Pokok Melejit, Pemkot Cimahi Lakukan Hal Ini

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak