Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Jum'at, 05 Juli 2019 | 15:59 WIB
Gubenur Jawa Barat Ridwan Kamil saat peresmikn Sistem Informasi Sapu Bersih Pungli (Siberli) Provinsi Jawa Barat di Gedung Sate, Bandung pada Jumat (5/7/2019). [Antara]

SuaraJabar.id - Dampak kekeringan yang melanda sejumlah daerah di daerah Jawa Barat membuat Gubernur Ridwan Kamil mengimbau masyarakat di provinsi tersebut untuk melakukan penghematan air selama musim kemarau berlangsung.

Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, menyerukan imbauan tersebut usai meresmikan Sistem Informasi Sapu Bersih Pungli (Siberli) Provinsi Jawa Barat di Gedung Sate, Bandung pada Jumat (5/7/2019).

"Untuk yang sifatnya air bersih kita mengimbau agar masyarakat menghemat air," kata seperti dilansir Antara.

Dia mengatakan berdasarkan keterangan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) puncak musim kemarau tahun 2019 diperkirakan terjadi hingga September.

Baca Juga: Awas! Jakarta Mudah Kebakaran Selama Musim Kemarau dan Kekeringan Ekstrem

Dikemukakan Emil, dampak musim kemarau tersebut bisa menyebabkan suplai air bersih yang biasa digunakan oleh warga dan irigasi di pertanian berkurang drastis.

"Dan kita sudah punya SOP kepada PDAM di seluruh Jabar untuk menyediakan layanan ekstra di antaranya menjual air yang harganya terjangkau dengan jemput bola. Jadi mendatangi daerah-daerah atau titik warga yang membutuhkan air bersih," kata dia.

Sedangkan terkait dengan kekeringan yang melanda persawahan, lanjut Emil, pihaknya telah berkoordinasi dengan PSDA agar memonitor penurunan debit air di sistem irigasi.

"Tolong diatur debitnya tidak sederas musim penghujan. Jadi aliran tetap ada tetapi dengan jumlah volume yang dihemat dan dikurangi kepada yang benar-benar kering," kata dia.

Jika sudah mendesak dan wilayah terdampak kekeringan meluas, kata Emil, pihaknya juga akan mencarikan solusi lain untuk mengatasi kekeringan yakni dengan melakukan rekayasa cuaca.

Baca Juga: Warga Jakarta Diimbau Hemat Air karena Terancam Kekeringan Ekstrem

"Yang tentunya harus dilihat efektivitas karena harganya juga tidak murah tapi bukan tidak mungkin itu jadi solusi untuk daerah daerah yang kondisi ekstrem," katanya. (Antara)

Load More