Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Jum'at, 29 November 2019 | 23:48 WIB
Suasana di Studio Lukis yang menjadi rumah duka Jeihan Sukmantoro di Jalan Padasuka Kota Bandung, Jumat (29/11/2019). [Antara/Bagus Ahmad Rizaldi]

SuaraJabar.id - Kabar duka menyelimuti dunia seni rupa di Tanah Air. Maestro seni rupa Indonesia, Jeihan Sukmantoro menghembuskan napas terakhir di usia 81 tahun setelah berjuang melawan penyakit kanker getah bening.

"Iya betul bapak meninggal tadi sekitar pukul 18.15 WIB di Padasuka di studionya," ucap anak sulung Jeihan, Atasi Amin saat dihubungi Suara.com, Jumat (29/11/2019), malam.

Sebelumnya, Jeihan sempat dirawat di RS Borromeus Bandung. Menurut Atasi, mendiang bapaknya di rawat sudah lima bulan lamanya.

Selama kurun waktu lima bulan itu, Jeihan pulang pergi untuk di rawat di RS Borromeus.

Baca Juga: Polo Air Sumbang Emas Pertama untuk Indonesia di SEA Games 2019

"Iya bapak dirawat dari sejak Juli (2019) sampai hari Rabu kemarin di RS keluar masuk terus rumah sakit," jelasnya.

Menurutnya, Jeihan memang meminta untuk pulang dari tempatnya di rawat di RS Borromeus menuju kediamannya sekaligus studio miliknya di Padasuka, Bandung.

Walhasil, Atasi pun memutuskan untuk membawa ayahnya pulang ke studio tapi dengan syarat mendapatkan penanganan intensif dari dokter dan perawat.

"Dari dua hari lalu, bapak memang sudah seperti tidak ada kesadaran. Tubuhnya sudah menolak infusan, sudah sulit untuk menerima pertolongan medis, asupan makan juga sulit," tukasnya.

Kanker kelenjar bening yang diidap Jeihan terdeteksi sejak 2016 lalu. Penyakit itu terus menyerang daya tahan tubuh Jeihan hingga akhirnya menyebar ke seluruh tubuhnya. Jeihan meninggalkan enam orang anak dan sebelas cucu.

Baca Juga: Batal Ikut SEA Games 2019 karena Dituduh Tak Perawan, Shalfa Surati Jokowi

Jeihan merupakan pelukis senior di Tanah Air. Ciri khas objek lukisannya yakni mata yang hitam kelam. Salah satu karyanya 'Satrio Piningit' dipamerkan di museum Jakarta pada 2014 lalu.

Load More