Scroll untuk membaca artikel
Reza Gunadha
Sabtu, 30 November 2019 | 18:38 WIB
Pemakaman maestro lukis dan penyair Indonesia, Jeihan Sukmantoro, di area Pendopo Studio Jeihan Sukmantoro, Jalan Padasuka, Kota Bandung, Sabtu (30/11/2019). [Ayobandung.com/Faqih Rohman]

SuaraJabar.id - Suasana haru biru mengiringi pemakaman maestro lukis dan salah satu perintis penyair mbeling, Jeihan Sukmantoro, di area Pendopo Studio Jeihan Sukmantoro, Jalan Padasuka, Kota Bandung, Sabtu (30/11/2019).

Pantauan Ayobandung.com—jaringan Suara.com di lokasi, sebelum dimakamkan, jenazah almarhum disalatkan terlebih dahulu di Masjid Al-Jeihan. Selain diikuti oleh keluarga dan kolega, warga sekitar ikut salat jenazah.

Sementara itu, sejumlah karangan bunga duka cita dari kolega almarhum berjejer di sekitar rumah duka. Para kolega pun terus berdatangan mengantar almarhum ke tempat peristirahatannya yang terakhir.

Mewakili keluarga, Ustad Asep memohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan almarhum semasa hidupnya. Keluarga meminta agar mendoakan almarhum supaya diampuni segala dosanya dan diterima amal baiknya.

Baca Juga: Maestro Lukis Indonesia Jeihan Sukmantoro Tutup Usia

"Atas nama keluarga besar memohon maaf atas kekhilafan almarhum. Terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut dalam proses pemakaman, semoga amal baik ibu dan bapak diterima oleh Allah SWT," katanya.

Sementara itu, seniman sekaligus murid almarhum, Tisna Sanjaya, mengaku sangat kehilangan sosok seorang maestro seni Indonesia. Menurutnya, almarhum merupakan sosok yang sangat luar biasa.

"Saya sangat tersanjung bisa berada di sini. Beliau seniman yang luar biasa, beliau juga merupakan alumni terbaik ITB. Almarhum milik kita semua, milik Kota Bandung dan Indonesia," ucapnya. 

Sejumlah hasil karya almarhum, kata dia, tidak ada duanya karena memiliki kekhasannya tersendiri. Karya-karyanya bukan hanya untuk dirinya pribadi tetapi untuk masyarakat. 

"Beliau melahirkan murid, seniman, budayawan dari kreativitasnya. Walaupun beliau sudah meninggal, murid-muridnya akan terus melanjutkan perjuangan seninya," ucap Tisna.

Baca Juga: Maestro Lukis Srihadi Hadiahkan Karya kepada Jokowi

Sufisme Mata Hitam

Mata hitam adalah hakikat tentang siapa sesungguhnya Jeihan atau sosok yang bernama lengkap Jeihan Sukmantoro. Nyaris semua lukisan dan figur-figur mestro lukis yang telah turup usia di umur 81 itu dibuat demikian.

Mata hitam ditorehkan Jeihan pada figur yang diakuinya sebagai hasil kegagalannya melukis mata yang seharusnya dikerjakan secara realistik. 

Berkisah sekitar 1963-1965 dari beberapa lukisan yang seharusnya bermata, karena emosinya yang meninggi, lukisannya secara tiba-tiba diwarna hitam legam tanpa sisa warna putih.

Salah satu karya lukis yang dipajang dalam pameran tunggal Jeihan Sukmantoro. [Ayobandung.com/Eneng Reni Nuraisyah Jamil]

Kebeningan dan ketajaman mata figur tidak terpancar sama sekali. Hilang seketika. Semisal kelamnya 'mata hitam' Jeihan tampak nyata dari salah satu lukisan perempuan berjilbab yang dipajang di salah satu sudut Studio Jeihan, Jalan Padasuka, Bandung.

Lukisan figur seorang perempuan yang diberikannya nama ‘Ratu Laut Nusantara’ (2016) ini berbalutkan cat putih kebiruan berdiri tegak di depan cahaya sinar rembulan dengan mata yang lagi-lagi hitam pekat.

Jeihan memang dikenal sebagai pelukis potret manusia bermata hitam. Mata hitam pun dalam setiap karya Jeihan merupakan metafora yang tak boleh dilewatkan. Mata hitamnya sering ditafsirkan berbagai kalangan sebagai simbol ikonik Jeihan dengan beragam makna.

Secara umum, mata hitam dimaknai sendiri oleh Jeihan sebagai sikap hidup untuk tak mau tunduk dan terbuai pada realita yang terlihat.

Baginya, Mata hitam adalah sebuah realitas masa depan. Jeihan menerawang dan menerangkan, secara futurologis mata hitam adalah hasil dari perubahan evolutif kondisi manusia di masa nanti.

Di masa depan ujar Jeihan, mata manusia kemungkinan tidak akan mampu bertahan menatap kehidupan dunia atau jagat raya.

Manusia harus menggunakan semacam ‘lensa kontak’ yang berwarna hitam, seperti kaca mata hitam yang kini banyak dipakai.

Tak mungkin dipungkiri bahwa realitas manusia bermata hitam telah menjadi bagian dari visi masa depan Jeihan melalui kepekaan estetikanya.

“Jika ditanya ‘Mata Hitam’ itu ada dua jawaban, filosofis dan futuristik. Kenapa filosofis karena sesungguhnya kita, manusia tengah berada dalam kegelapan misteri. Kita hidup dalam perjalanan dan kegelapan misteri. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi. Apakah kita akan tahu beberapa menit dari sekarang dengan apa yang akan terjadi pada kita, atau besok? Kita juga tidak tahu,” ungkap Jeihan beberapa waktu lalu.

Sementara mata hitam Jeihan pun seirama pula dengan konsep lubang hitam (black hole). Lubang hitam adalah tempat di mana gravitasi begitu kuat sehingga memerangkap cahaya dan mendistorsi ruang dan waktu.

Lubang hitam yang biasanya berada pada ruang angkasa saat itu hanya dapat dideteksi lewat emisi terakhir yang dikeluarkan ketika terdapat benda jatuh ke dalamnya.

Dengan mata hitam, personifikasi figur yang dilukisnya pun tidak lagi menyimpan artikulasi yang sama dengan model (figur) aslinya. Jeihan dengan mata hitamnya telah melakukan mistifikasi layaknya lubang hitam di alam semesta.

Namun, Mata hitam Jeihan rupanya berpuncak pada lukisan ‘Nur’ (2014). Lukisan ini sama sekali tidak melukiskan figur seperti lainnya. Lukisan ini hanya berupa untaian kata, kaligrafi yang terdiri atas huruf Arab: nun, wawu, dan ro berwarna putih.

Huruf itu dilatari warna gelap pada seluruh bidang kanvas. Kata atau huruf itu diletakkan pada bagian atas.

“Cara penggambaran saya juga karena secara intusi saya menganggap hidup ini penuh penderitaan. Maka agama diturunkan untuk menghibur kita. Apakah kita sadar bahwa kita ini hidup di neraka? hidup masih seperti hewan, atau terkadang juga ada kecenderungan memang seperti hewan," tutur Jeihan.

Oleh karenanya bagi Jeihan lukisan ‘Nur’ pun tak ayalnya membahas tentang esensi dunia mata hitam jeihan secara lebih dalam.

Sebab bagi Jeihan tanpa Nur atau cahaya, segala hal tak mungkin terlihat dan terjabarkan. Melalui karya-karya mata hitam, Jeihan seolah memyampaikan sikap untuk selalu berimajinasi tentang banyak hal yang tak mungkin digapai oleh mata terbuka dan jangkauan fisik manusia semata.

Mata hitam Jeihan pun mengibaratkan sikap untuk selalu melihat lebih dalam dan lebih jauh, seperti lubang hitam alam semesta, mata itu pun menelisik untuk selalu merenungkan hidup. 

Kini sang Pemilik 'Mata Hitam' telah tutup usia. Namun karya dan pemikiran mendalamnya tentang 'Mata Hitam' abadi dan menjadi perenungan untuk manusia di masa kini.

Load More