Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Jum'at, 06 Maret 2020 | 02:50 WIB
Ilustrasi virus Corona - (Pixabay/TheDigitalArtist)

SuaraJabar.id - Peneliti dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) Muhamad Sahlan menemukan alternatif pengobatan untuk Pasien Virus Corona.

Bahan pengobatan tersebut dikembangkan dari propolis, atau lem lebah, asli Indonesia yang dihasilkan oleh Lebah jenis Tetragonula biroi aff.

"Propolis ini terbukti memiliki komponen penghambat alami yang dapat digunakan untuk menghasilkan obat dengan efek negatif. Minimal baik terhadap tubuh manusia maupun sumber daya alam yang tersedia," kata Sahlan secara tertulis yang diterima Suara. com, Kamis (5/3/2020).

Ia menjelaskan obat Virus Corona yang dikembangkan tersebut untuk komposisi propolis tidak selalu sama di seluruh dunia. Dikemukakannya, propolis yang berasal dari Lebah Tetragonula biroi aff memiliki senyawa dan karakteristik berbeda tergantung pada sumber tanaman dan lokasinya.

Baca Juga: China Berhasil Temukan Obat Virus Corona dan 4 Berita Heboh Lainnya

"Perbedaan sumber tanaman, lokasi, serta proses penelitiannya akan membedakan pula senyawa-senyawa propolis yang dihasilkan," katanya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan, propolis yang dieliti tersebut memiliki sifat menghambat proses menempelnya virus terhadap sel manusia yang mirip dengan senyawa N3. Dengan menggunakan struktur model COVID-19 yang ada

"Senyawa-senyawa propolis diujikan untuk melihat, apakah dapat membentuk ikatan pada virus COVID-19 bila dibandingkan dengan ikatan senyawa N3."

Sahlan, yang sudah sembilan tahun meneliti propolis ini, mengemukakan ada tiga dari sembilan senyawa yang ada dalam propolis asli Indonesia dan memiliki kekuatan menempel yang cukup baik pada Virus COVID-19.

Bila senyawa N3 memiliki nilai -8, senyawa Sulawesins a memiliki nilai -7.9, Sulawesins b (-7.6) dan deoxypodophyllotoxin (-7.5).

Baca Juga: China Temukan Obat Virus Corona Covid19, Namanya Remdesivir

"Jadi, semakin negatif nilai yang dimiliki menunjukkan semakin besar kemampuan senyawa menempel pada virus COVID-19. Hal ini membuat virus tidak dapat menempel pada sel hidup manusia untuk kemudian berkembang biak," katanya.

Kendati demikian, hasil penelitiannya belum masuk kedalam tahapan klinis karena Indonesia sendiri baru mengumumkan pasien positif Virus Corona pada Senin (2/3/2020) lalu.

Akan tetapi, dia mengemukakan hasil penelitian tersebut tentu sangat menjanjikan untuk dikembangkan menjadi alternatif obat dari Indonesia untuk menyembuhkan maupun mengurangi perkembangan Virus Corona.

"Tidak hanya di Indonesia tetapi juga ke negara lain," katanya.

Saat ini, Sahlan mengemukakan penelitiannya sedang pada tahap mengenali senyawa-senyawa yang potensial untuk dikembangkan sebagai obat COVID-19.

"Tahapan selanjutnya adalah pengoptimasian senyawa-senyawa tersebut sebelum dilakukan uji klinis dan pengembangan obat," katanya.

Kontributor : Supriyadi

Load More