Scroll untuk membaca artikel
Reza Gunadha
Minggu, 26 April 2020 | 23:26 WIB
Ilustrasi . (Foto: Via Ayobandung.com)

"Kalau pijit kan ke teteh Rp 150 ribu buat bayar tempat. Kalau begitu (berhubungan badan) tetap Rp 150 ribu masuk ke muncikari, tapi selebihnya aku sakuin," katanya.

Rp 150 ribu yang disetorkan kepada muncikarinya itu, lanjut dia, dipergunakan untuk membayar sewa tempat apartement seharga 5 juta perbulannya. Ia mengaku, meski baru dirinya audah memiliki beberapa pelanggan tetap.

"Yah bersihnya ini yah, sehari bisa ngantongin Rp 100 ribu sampai Rp 250 ribu, itu juga kalau ramai. Paling sehari dua paling banyak tiga tamu," sambung dia.

Menyinggung soal bantuan sosial dari pemerintah, yang saat ini tengah digadang-gadangkan, ia mengaku tidak dapat bantuan tersebut.

Baca Juga: Gelombang PHK Masih Akan Terjang Pekerja di Indonesia

Pengurus warga tempat ia tinggal, katanya lebih mementingan kerabat dan keluarganya sendiri dari pada warganya.

"Rw nya weh itu, mentingin saudaranya weh dari pada warga. Dianggapnya mungkin saya masih bisa kerja," katanya.

Bukan tidak mau, ia pasti berhenti untuk berkeja seperti ini. Namun untuk saat ini, hanya pekerjaan ini yang dapat diandalkannya. Apalagi, anak sulungnya berencana ingin kuliah. 

Mau tidak mau, dirinya harus memutar otak untuk terus mendapatkan uang, agar bisa memenuhi kebutuhan hidup dan menabung untuk anaknya berkuliah.

"Yah setiap hari mah saya berdoa, supaya bisa dapat kerjaan baru dan dapat rezeki lebih, amin."

Baca Juga: Usai Peluncuran OnePlus 8, Perusahaan PHK Karyawan

Kontributor : Cesar Yudistira

Load More