Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Senin, 25 Mei 2020 | 02:05 WIB
Penjual batik Cirebon. (Ayobandung)

Sehari setelah PSBB Tahap 2 diterapkan mulai 20 Mei 2020, Indrawati membuka tokonya, Lina's Batik maupun Kanoman Batik yang dikelola sang anak. Namun, karena tak ada stok baru, dia pun mengandalkan stok batik lama yang tersimpan sejak Februari.

"Yang ditawarkan stok batik lama. Kami enggak siapkan stok baru karena semuanya masih ada di perajin," terangnya.

Penjualan batik mulai beringsut merekah pada PSBB Tahap 2 yang rencananya diterapkan hingga 2 Juni 2020. Namun, penjualan yang merangkak naik hanyalah pada batik-batik printing dan cap berharga lebih murah yang disediakan Kanoman Batik milik sang anak.

Berbeda dengan batik tulis peranakan yang digelutinya dan tersedia di Lina's Batik. Selama tiga bulan terakhir, belum satu pun batik tulis terjual.

Baca Juga: Lebaran, Pasien Positif Corona di Jatim Hampir Tembus 4.000 Orang

"Batik tulis peranakan mulai sepi mulai Maret pasca tahun baru imlek. Penjualannya nol sampai sekarang," ungkapnya.

Secara keseluruhan, penjualan batik tahun ini tak menguntungkan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Daya beli masyarakat secara umum mengalami penurunan. Konsumen yang tertarik membeli saat ini hanya terbatas di wilayah Cirebon.

Pada tahun-tahun sebelumnya, pembeli berdatangan dari berbagai daerah. Karena itu, pihaknya menggenjot penjualan secara daring (online) yang telah digeluti sejak sebelum Covid-19 mewabah.

Hanya, itu pun tak banyak membantu karena kini masyarakat lebih berfokus pada kebutuhan pangan, ketimbang sandang.

"Penjualan online sempat turun sekitar 30 persen. Tapi, itu lebih baik daripada penjualan offline yang sangat anjlok," tuturnya.

Baca Juga: Lebaran saat Corona, Korban PHK: Pertama Kali Anak Saya Tak Beli Baju Baru

Monic Andriani, pemilik Kanoman Batik menyebutkan, dari batik-batik printing dam cap yang disediakannya, kemeja batik menjadi barang yang paling banyak dicari.

Load More