Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Rabu, 22 Juli 2020 | 20:14 WIB
Ilustrasi Vaksin Covid-19 (getty image)

Eddy mengungkapkan akan ada dua kelompok yang disuntikkan, ada kelompok yang mendapatkan Plasebo, dan mendapat Imunisasi Vaksin. Pada akhir penelitian, mereka yang mendapatkan Plasebo akan mendapatkan vaksin Covid-19 tentunya setelah diregistrasi di badan POM. Jadi tidak ada yang dirugikan dalam hal ini, bagaimana perjalanan sebagai subjek kalau menderita sakit.

Plasebo merupakan larutan yang tidak mempunyai efek apa-apa seperti cairan semacam air yang tidak memiliki efek. Sedangkan satu lagi punya zat aktif yaitu vaksin. Itu jadi membedakan yang dapat vaksin betul akan mendapatkan kebebalan yang Plasebo kan pasti tidak memberikan kebebalan reaksi apa apa.

“Waktu awal kalau subjek itu sehat dilakukan rundom, nah dirandom kita tidak tahu, misal A mendapatkan imunisasi vaksin atau B mendapatkan Plasebo, kita tidak tahu. Nanti pada akhir penelitian kata kuncinya dibuka bagaimana hasil yang Plasebo bagaiaman hasil yang Vaksin,” katanya.

Dari jumlah 1.620 subjek yang akan dilakukan uji coba keduanya, baik Plasebo dan Vaksin pada akhirnya akan dapat vaksin. Tapi dalam proses akan dirahasiakan. Tahap awal akan dilakukan pada 540 subjek di tiga bulan pertama itu akan dapat Plasebo dan Vaksin juga.

Baca Juga: Bio Farma Akan Uji Klinis Vaksin Sinovac, Bagaimana Vaksin Buatan Eijkman?

Subjek yang akan menjadi relawan semua sudah harus dalam keadaan sehat, akan dilakukan pemeriksaan dokter yang lengkap, kemudian juga ada pemeriksaan sebelumnya tidak menderita sakit Covid-19, kemudian dalam perjalanannya apabila sakit apapun juga akan dicover oleh asuransi sebagai standarnya, dan terbuka untuk RS di sekitar Kota Bandung.

“Akan tetapi semua yang sakit itu akan kami pantau apakah yang sakit itu terindikasi terinfeksi Covid atau tidak, sehingga pada akhirnya kita akan mempunyai data tentang pertama keamanannya, kedua bahwa kekebalannya di atas nilai proteksi ketiga bahwa faksin ini memberikan perlindungan yang nyata terhadap penyakit covid-19,” kata Eddy.

Diharapkan semua penelitian ini bisa berjalan selama 6 bulan bisa selesai. Akan tetapi setelah 3 bulan penelitian data yang ada di Indonesia akan digabung dengan berbagai negara sehingga diharapkan Januari 2021 sudah bisa digunakan oleh masyarakat.

“Ini tanggung jawab kami dalam hal melakukan tim penelitian, tentu semua mengikuti kaidah yang berlaku dalam penelitian, setelah mendapat ijin dari komite etik, kami melakukan prosedur sesuai yang ditetapkan oleh WHO dan di Indonesia oleh badan POM, penelitina ini juga akan selalu dipantau oleh badan POM, monitor juga oleh tim yang sudah kompeten fan juga mempunyai para pakar yang terkumpul secara independen, apabila terjadi sesuatu setelah imunisasi tim independen itu yang akan memberikan penilaian apakah ada hubungan dengan imunisas,” ungkap Eddy.

Tahap awal pengujian akan dipantau keamanan dan kekebalannya. Setelah 3 bulan kemudian, dipantau selama 6 bulan kondisi imunutas dan kesehatan terhadap subjek.

Baca Juga: Vaksin Sinovac Siap Diproduksi 100 Juta Dosis Jika Uji Klinis Berhasil

“Jadi kita punya data yang lengkap sesudah 6 bulan itu, juga kekebalan setelah 6 bulan dipantau lagi apakah setelah 6 bulan itu tingkat kekebalanya masih cukup tinggi sehingga masih bisa berlangsung atau mempunyai kekebalan lebih panjang atau sudah turun, nah hasil penelitian inilah kita akan ketahui,” ungkapnya.

Load More