Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Senin, 04 Januari 2021 | 15:17 WIB
ILUSTRASI. Pegawai pabrik tahu di Kampung Kebon Kalapa, Sukaraja, Kabupaten Bogor, berpenampilan necis ala pejabat. [Foto: Ayobogor.com]

SuaraJabar.id - Sejak hari pertama di 2021, sejumlah pedagang tahu dan tempe absen dari pasar tradisional di Kota Bandung. Mereka memilih untuk tidak berjualan akibat melonjaknya harga bahan baku tahu dan tempe, kacang kedelai.

Di Pasar Simpang Dago misalnya, pedagang tahu dan tempe sudah absen sejak akhir Desember 2020.

"Sudah beberapa hari ini pada enggak jualan, kalau tidak salah sejak 30 Desember, sampai sekarang. Harga kedelainya naik jauh sekali," ujar pedagang bahan pokok di Pasar Simpang, Cahya (38) ketika ditemui Ayobandung.com-jejaring Suara.com, Senin (4/12/2020).

Dia mengatakan, sejak awal tahun baru hingga hari ini tahu dan tempe sudah menjadi komoditas langka di pasar tersebut. Banyak konsumen yang menanyakan dua produk tersebut sejak pagi hari namun harus pulang dengan tangan kosong.

Baca Juga: Ruas Jalan di Kota Bandung Ini Ditutup Mulai Pukul 18.00 WIB

"Setiap hari banyak yang tanya tahu dan tempe tapi ya bagaimana lagi, sudah enggak pada jualan," ungkapnya.

Dia menyebutkan, selisih harga kenaikan yang sangat tinggi menjadi penyebabnya. Harga kedelai yang biasanya berada di kisaran Rp7.800 per kilogram saat ini dijual di angka Rp9.050 per kilogram.

Padahal, harga jual tahu dan tempe setiap bungkusnya hanya ada di kiasaran Rp5.000-Rp7.000. Belum lagi, untuk melakukan produksi tahu dan tempe, pengrajin harus membeli kedelai dalam jumlah kuintal atau ton.

"Mungkin kalau harganya naik tidak terlalu jauh masih banyak yang sanggup jualan. Ini naiknya tinggi sekali, per kilogram naik sampai hampir Rp4.000," ungkapnya.

"Bayangkan selisih harganya dalam kuintal atau ton. Bisa jutaan," jelasnya.

Baca Juga: Polrestabes Bandung Siaga di Fly Over, Siap Bubarkan Pesta Tahun Baru

Hal senada diungkap Asep (29), pedagang bahan makanan pokok termasuk hasil olahan kedelai. Biasanya, dia ikut menjual tahu dan tempe yang didapat dari para pengrajin.

"Sekarang saya sudah enggak jual tahu dan tempe, sudah dari awal tahun baru kemarin, dari 1 Januari. Sudah enggak dapat juga dari pemasoknya," ungkapnya.

Para pengrajin yang sempat mogok bekerja seperti di sentra pembuatan tahu di Cibuntu menjadi penyebabnya. Mereka yang sempat berhenti berproduksi selama kurang lebih tiga hari otomatis menjadikan pasokan tahu ke Pasar Simpang menjadi langka.

"Sebenarnya ada yang masih jualan tahu dan tempe tapi harus datang pagi-pagi sekali. Yang berjualan juga hanya 1-2 orang dan jadi rebutan," jelasnya. Dia mengaku belum mengetahui sampai kapan kondisi tersebut akan berlangsung.

Load More