Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Rabu, 20 Januari 2021 | 17:59 WIB
Pedagang daging sapi di Pasar Kosambi Kota Bandung mengeluhkan naiknya harga daging dari RPH. Sementara mereka tak bisa menaikan harga jual ke konsumen karena takut pelanggannya kabur. [Suara.com/Emi La Palau]

SuaraJabar.id - Pedagang daging sapi di Pasar Kosambi Kota Bandung kini tengah menghadapi pilihan yang dilematis. Pasalnya, harga daging di Rumah Potong Hewan (RPH) naik namun mereka tidak dapat menaikan harga jual ke konsumen.

Seorang pedagang daging sapi di Pasar Kosambi, Rizky (60) mengatakan, harga daging sapi merangkak naik semenjak libur Natal dan tahun baru lalu.

Ia mengaku bingung karenja harga di Rumah Potong Hewan (RPH) naik namun tidak bisa menaikkan harga di pasaran. Ia mengungkapkan jika harga dinaikkan maka pelanggan akan kabur.

“Ga bisa naik, karena konsumen yang belinya komplen kalau naik, tapi kondisi harga memang sekarang naik, dan harusnya dinaikkan lagi. Tapi kondisinya sudah gini nanti tambah kacau,” ungkapnya kepada Suara.com, ditemui di Pasar Kosambi, Rabu (20/1/2021).

Baca Juga: Pengelola Pasar di Bekasi Terdampak Aksi Mogok Pedagang Daging

Dengan kondisi tersebut, Rizky terpaksa hanya mendapat untung yang sangat tipis. Ia memilih menjual dengan harga normal ketimbang harus kehilangan para pelanggannya.

Saat ini harga daging sapi yang dijual perkilogramnya berkisar Rp120-125 ribu rupiah. Untuk harga sengkel paha Rp 120 ribu per kilogram, paha belakang dan sirloin seharga Rp125 per kilogram dan daging khas dalam seharga Rp150 ribu rupiah per kilogram. Sementara untuk harga tulang Rp 90 ribu per kilogram.

“Dijual dengan harga normal kita ga bisa naikin, karena pembeli juga banyak ngeluh. Otomatis ngurangin untungnya biasanya Rp 5 ribu sekarang jadi Rp 3 ribu aja, dinaikin juga gada yang belinya. Sekarang aja sudah sepi banget,” ungkapnya.

Ketika ditanyain mengenai aksi mogok julana, Rizky mengungkapkan saat ini belum ada arahan dari asosiasi pedagang daging. Namun jika nantinya ada, ia mengaku siap untuk mogok.

“Ada info kalau pedagang di Ciroyom sudah demo karena naik terus, kita belum ada arahan mogok jualan, kalau ada arahan mogok semuanya, saya ikut mogok,” ungkapnya.

Baca Juga: Harga Daging Sapi Naik Drastis, Pedagang Duga Karena Nilai Impor

Perempuan yang hampir 20 tahun menjual daging sapi itu berharap pemerintah bisa menstabilkan harga daging lokal, jika perlu agar daging lokal dan impor harga tidak perlu jauh berbeda.

“Berharap harga daging stabil, minimal sama dengan daging impor, lebih murah. Pembeli cenderung beli impor, bagusnya daging lokal harga impor. Pembelinya jadi bertambah. Padahal kualitas lebih bagus yang lokal,” ungkapnya.

Keluhan serupa disampaikan pedagang daging sapi lainnya Umi Eti (55), ia mengaku meski saat ini ada kenaikan daging di RPH namun masih menjual dengan harga normal.

“Kalau laku inginnya jual Rp 130 ribu perkilo, tapi tidak laku. Kasian juga ke para pembelinya. Apalagi dalam kondisi sekarang lagi Covid, biasanya pada pesen 5 kilo sekarang hanya sekilo,” ungkapnya.

Umi sendiri mengaku bingung alasan naiknya harga daging sapi, karena tidak seperti biasanya. Ia memaklumi jika naik dalam kondisi menjelang lebaran.

“Kalau lebaran naik tidak apa-apa, tapi sekarang naik, mana jualannya keadaan begini, tidak tahu alasannya apa. Dari sana enak naik, kalau di sini jualnya susah,” ungkapnya.

“Untung ngambil tipis banget ketimbang langganan tidak beli apa boleh buat. Kalau langganan ga bisa dinaikin, kasian, yang penting langgana jalan biarpun sedikit,” imbuhnya.

Wanita yang menjadi orang tua tunggal itu mau tidak mau harus menjajakan dagangannya meski hanya meraup sedikit keuntungan, hal tersebut tentu untuk memenuhi kebutuhan dapur. Ia berharap agar harga daging sapi bisa stabil kembali.

“Harapannya bisa stabil jangan naik terus, saya juga bingung cuman ini kerjaan. Anak-anak juga kena dampak pandemi tidak ada kerjaan, jadi mau tidak mau harus tetap jualan meski kondisinya begini,” ungkapnya.

Kontributor : Emi La Palau

Load More