SuaraJabar.id - Pengurus Cabang Istimewa NU (PCINU) Amerika Serikat, Akhmad Sahal atau Gus Sahal mengungkap klarifikasi sosiolog Tamrin Tomagola soal pertanyaannya tentang FPI yang baru-baru ini dikutip oleh Pandji Pragiwaksono.
Seperti diketahui, Tamrin Tomagola belakangam ramai diperbincangkan usai namanya diseret Pandji saat komedian membandingkan antara Muhammadiyah dan NU dengan FPI.
Pandji menyebut penilaian FPI lebih merakyat dibanding Muhammadiyah dan NU didapat dari pernyataan yang dilontarkan Tamrin Tomagola pada 2012 silam.
Atas pernyataan Pandji tersebut, Tamrin Tomagola pada Kamis (21/1/2021) lantas angkat bicara, menyebut ia telah melakukan klarifikasi yang diberikan ke Gus Sahal. Kata dia, kini terserah Gus Sahal apakah hendak berbagi ke publik atau tidak.
Belakangan, Gus Sahal melalui Twitter pribadinya, mengunggah tangkapan layar berisi percakapannya dengan Tamrin Tomagola soal FPI dan pernyataan Pandji.
Dalam unggahan tangkapan layar tersebut, Gus Sahal awalnya menanyakan kebenaran soal klaim Pandji yang menyebut penilaiannya soal FPI berdasar pada pernyataan Tamrin Tomagola.
"Betulkah itu memang pernyataan Prof Tamrin?," tanya Gus Sahal, dikutip pada Sabtu (23/1/2021).
Tamrin Tomagola menjawab bahwa apa yang dikatakannya soal FPI pada 2012 itu merupakan pernyataan untuk konteks peranan FPI terkait kelompok miskin kota (Miskot) dan perkampungan kumuh miskin (Kumis) di daerah Jakarta.
Tamrin Tomagola bilang, FPI hadir mengisi celah yang tak tersentuh oleh Muhammadiyah dan NU terkait pendampingan Miskot dan Kumis di Jakarta.
Baca Juga: Pandji Bandingkan FPI dengan NU dan Muhammadiyah, Kill the DJ Tertawa
"NU dan Muhammadiyah kurang menyambangi dan mendampingi meringankan beban kehidupan Ummat kelompok miskin kota (miskot) di perkampungan dan kumuh miskin (Kumis) Jakarta," jawab Tamrin Tomagola.
"Kekosongan pendampingan itu kemudian diisi oleh FPI," sambungnya.
Ia menyebut, FPI memberikan pendampingan untuk Miskot dan Kumis dengan menggunakan konsep 'kiai kampung', sama serupa dengan yang dilakukan para Kiai NU di luar Jakarta.
"FPI punya konsep "Kiai Kampung' yang pintu rumahnya terbuka 24 jam untuk Ummat kelompok miskin kota (miskot) dan perkampungan kumuh miskin (Kumis) Jakarta: sama seperti terbukanya 24 jam pintu rumah para Kiai Nu di pedesaan Jawa Kalimantan," katanya.
Lebih jauh, Tamrin Tomagola menyorot pernyataan Pandji soal penggunaan kata "rakyat" dan elitis".
"Penggunaan kata-kata 'rakyat' dan 'elitis' sebaiknya ditanyakan kepada Saudara Padji sendiri," imbuhnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Pemain Keturunan yang Menunggu Diperkenalkan PSSI usai Mauro Zijlstra
- 'Ogah Ikut Makan Uang Haram!' Viral Pasha Ungu Mundur dari DPR, Benarkah?
- Usai Kena OTT KPK, Beredar Foto Immanuel Ebenezer Terbaring Dengan Alat Bantu Medis
- Eks Feyenoord Ini Pilih Timnas Indonesia, Padahal Bisa Selevel dengan Arjen Robben
- Terbukti Tak Ada Hubungan, Kenapa Ridwan Kamil Dulu Kirim Uang Bulanan ke Lisa Mariana?
Pilihan
-
Harga Emas Antam Hari Ini Lebih Murah Rp 4.000 Jadi Dibanderol Rp 1.929.000 per Gram
-
Lukisan Borobudur Bersepuh Emas Putih
-
Hasil Super League: Brace Joel Vinicius Bawa Borneo FC Kalahkan Persijap
-
Persib Bandung Siap Hadapi PSIM, Bojan Hodak: Persiapan Kami Bagus
-
5 Fakta Kekalahan Memalukan Manchester City dari Spurs: Rekor 850 Gol Tottenham
Terkini
-
7 Fakta Miris Penemuan Jasad Bayi di Sungai Cianjur: Luka Misterius hingga Dugaan Pelaku Orang Luar
-
Keji! Jasad Bayi Ditemukan di Sungai Cianjur dengan Luka Misterius, Polisi Buru Orang Tua
-
7 Fakta Miris Kematian Balita Raya: Bukan Cacing, Sepsis dan Alarm untuk Layanan Kesehatan Kita
-
Menkes Budi: Balita Raya Meninggal Bukan karena 1 Kg Cacing, Tapi Sepsis Akibat Infeksi Kronis
-
Di Balik Tour de Malasari: Blueprint Pemkab Bogor Sulap Desa Terpencil Jadi Mesin Uang Pariwisata