Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Selasa, 09 Februari 2021 | 11:48 WIB
Alun-alun Kota Cimahi saat ini. Tempat ini pernah menjadi saksi sejarah perjuangan Rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

SuaraJabar.id - Rakyat dan pejuang di Kota Cimahi turut serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Mereka berperan aktif saat tentara Belanda mencoba merebut Kedaulatan Indonesia melalui agresi militer pertama dan kedua.

Beberapa pertempuran sengit banyak terjadi di Cimahi. Salah satunya ketika rakyat menyerang konvoi tentara Belanda di Alun-alun Kota Cimahi dan menyerang pabrik senjata Artilerie Construcie Winkel (ACW) di Cibabat yang kini menjadi Markas Polres Cimahi.

Alun-alun Kota Cimahi tempo dulu dan sekarang sangatlah berbeda. Berdasarkan catatan dari pegiat sejarah, Machmud Mubarok, Alun-alun Kota Cimahi sudah ada sejak pemerintahan Kolonial Belanda, sekitar tahun 1880-an. Namun, Alun-alun Cimahi dibuat oleh masyarakat pribumi.

"Jadi, sebetulnya tidak dibuat oleh Belanda, alun-alun itu konsep orang-orang pribumi," ujar Machmud saat dihubungi Suara.com, Senin (8/2/2021).

Baca Juga: Diguyur Hujan Semalaman, Utama Cimahi Terendam Banjir hingga 2 Meter

Sejarah mencatat, sekitar tahun 1946, Pasukan regu Kompi Daeng bersama Laskar Banteng Cimahi, BARA dan Detasemen Abdul Hamid melakukan penyergapan dan penembakan ke arah truk konvoi para penjajah.

Sekitar tahun 1946, Pasukan regu Kompi Daeng bersama Laskar Banteng Cimahi, BARA dan Detasemen Abdul Hamid melakukan penyergapan dan penembakan ke arah truk konvoi para penjajah.

Suatu ketika, beber Machmud, terjadi pertempuran di sekitar Alun-alun Cimahi di mana pasukan pribumi saat itu awalnya menerima informasi bahwa akan ada konvoi pasukan Belanda dari arah Bandung menuju arah Padalarang.

Alun-alun Kota Cimahi saat ini. Tempat ini pernah menjadi saksi sejarah perjuangan Rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

"Jadi ada Sekutu dan Belanda yang konvoi kemudian dilakukan pencegatan. Sampai ada beberapa orang yang jadi korban, termasuk pihak kita juga ada yang ketemebak. Temen saya cerita ikut, pamannya turun ikut pertempuran dan jadi korban," beber Mahmud.

Dalam pencegatan itu, para pasukan pejuang Cimahi menggunakan teknik hit and run, di mana mereka sembunyi-sembunyi dalam melakukan penyerangan. Teknik tersebut berhasil memukul mundur pasukan Belanda hingga urung melakukan konvoi.

Baca Juga: Duh, Ratusan Pelajar di Kota Cimahi Tak Bisa Ikut PJJ karena Tak Punya HP

Dari pertempuran di Alun-alun Cimahi itu, para pejuang berhasil menyita sekitar tiga kendaraan dan berbagai senjata milik penjajah. Hingga salah satunya dijadikan kendaraan operasional Laskar Banteng Cimahi.

Namun imbas dari pencegatan tersebut, terang Machmud, pasukan Kolonial Belanda kemudian melakukan penyisiran.

"Kadang menelan korban rakyat yang tak bersenjata. Jadi Belanda dan Sekutu masuk ke kampung-kampung, rakyat biasa juga dikorbankan," ujarnya

Selain pertempuran di Alun-alun Cimahi, ada sejumlah titik lainnya yang dulunya pernah di jadikan lokasi pertempuran melawan para penjajah. Seperti di perempatan Cihanjuang dan menuju Cibabat yang kini diberinama Jalan Jenderal Amir Machmud. Di daerah tersebut, tahun 1945-1946 pernah terjadi pertempuran melawan sekutu.

Salah satu tokoh yang terlibat adalah Daeng Mohammad Ardiwinata atau Kompi Daeng, yang kini diabadikan sebagai nama jalan di Cihanjuang. Di Cibabat juga dulunya ada pabrik senjata, yakni Artilerie Construcie Winkel (ACW).

"Mapolres Cimahi itu dulunya pabrik senjata yang pernah diserbu juga," ucap Machmud.

Load More