Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Selasa, 09 Februari 2021 | 15:21 WIB
Petani tomat di Kabupaten Bandung Barat membabat pohon tomat sebagai bentuk kekecewaan mereka atas rendahnya harga tomat di tingkat petani. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

SuaraJabar.id - Anjloknya harga tomat membuat petani di Kabupaten Bandung Barat (KBB) membabat habis tanaman tomat siap panen mereka sebagai bentuk kekecewaan.

Salah seorang petani asal Kampung Cisalasih, Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, Ading mengatakan, harga tomat di tingkat petani saat ini Rp 800 per kilogram.

Menurutnya harga itu sangatlah tidak manusiawi karena imbalan yang didapat dari hasil penjualan tomat tidak sebanding dengan modal produksi yang sudah dikeluarkan hingga masa panen.

"Harus ngeluarin biaya pikul, belum ditambah sama ongkos buruh panen. Kalau hanya dihargai Rp 800 perkilogram pasti nombok, enggak sebanding sama biaya dari awal penanaman," ungkap Ading kepada Suara.com, Selasa (9/2/2021).

Baca Juga: Disinggung Soal Jalan Rusak, Bupati Aa Umbara Angkat Bicara

Sebagai bentuk kekecewaan terhadap kondisi saat ini, petani memilih membabat habis tanaman tomat yang siap dipanen. Sebab kalau memaksakan dijual pun, harganya tidak akan mengembalikan modal mereka.

"Maka lebih baik pohonnya dibabat," ucap Ading.

Lantaran harganya anjlok, Ading menelantarkan tanaman tomat hingga banyak yang terserang hama. Sebab untuk membeli obat hama butuh pengeluaran tambahan yang semakin menambah beban.

Apalagi jika sampai memanen dan membersihkan lahan diperlukan biaya tambahan lagi.

"Sekarang obat hama berapa, mahal. Kalau harga tomat stabil, keuntungannya bisa untuk membeli obat. Tapi jangankan beli obat, modal juga tidak kembali, sementara kalau untuk memanen dan membersihkan lahan diperlukan biaya lagi," bebernya.

Baca Juga: Terdengar Suara Gemuruh sebelum Rumah di KBB Tertimpa Material Longsor

Dia menuturkan, pembabatan ini juga dilakukan petani agar bisa secepatnya melakukan pergantian jenis tanaman baru seperti burkoli dan terong untuk meminimalisir kerugian yang dialami. Menurut Ading, ada sekitar dua hektare tanaman tomat miliknya yang akan dibabat.

"Tomat tidak akan dipanen, kalau ada yang minta silahkan saja, daripada dibuang jadi mubazir," tuturnya.

Selain tomat, harga komoditas lainnya seperti sawi putih yang biasanya Rp3.000 perkilogram turun menjadi Rp 1.000 perkilogram serta selada Rp2.000 dari harga normalnya Rp10.000 sampai Rp12.000 perkilogram.

"Tiga jenis sayuran sekarang sedang anjlok harga, tomat, sawi putih dan selada," ujarnya.

Ading berharap, kedepannya pemerintah dapat mengontrol harga di pasaran supaya petani tidak terus menerus dirugikan akibat anjloknya harga sayuran.

"Harga harus cepat stabil agar kami enggak makin merugi, paling tidak harganya tidak anjlok seperti sekarang," pungkasnya. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

Load More