Bahkan dulunya ada Kampung China atau Chinesse Wijk dalam Bahasa Belanda, yakni di kawasan Pasar Luhur, yang kini disebut Pasar Atas.
Ia mengatakan, kemungkinan umat Tionghoa di Cimahi lebih dulu ketimbang Garnizun yang dibangun Belanda.“Tahun pastinya kedatangan warga Tionghoa ke Cimahi saya belum temukan. Tapi saat Belanda membangun Garnizun, mereka sudah ada,” ungkap Machmud.
Berdasarkan arsip Belanda tahun 1930 yang didapat Machmud, jumlah etnis China kala itu hanya 2,3 persen saja dari total penduduk Cimahi saat itu yang mencapai 59.993 jiwa. Tujuan kebanyakan mereka datiang ke Cimahi adalah untuk berniaga.
“Ya, kebanyakan berdagang. Ada yang sampai menikah dengan orang pribumi, tapi tidak banyak,” ujar Machmud.
Baca Juga: Perayaan Imlek di Aceh Lebih Sepi, Tetapi Aman dan Tertib Prokes
Biasanya di setiap daerah yang dihuni oleh Tionghoa memiliki pemimpin, yang oleh Belanda diberi pangkat Kapten atau Letnan sehingga sering disebut Kapten atau Letnan China. Namun di Cimahi, Machmud belum menemukan itu.
Menurutnya, bisa saja komunitas China di Cimahi menghinduk ke Bandung, lantaran di Cimahi memang sejak dulu tidak ada Kelenteng atau Vihara. Sehingga orang China di Cimahi yang ingin ke Vihara harus ke Kota Bandung.
Namun jejak sejarah mencatat, dulunya di Cimahi ada tempat yang dijadikan sarana ibadah untuk umat Tionghoa. Namanya Chung Hwa hung Hwi yang bangunannya kinii menjadi Sekolah Andreas di Jalan Pacinan atau Jalan Babakan.
Kemudian, masih ada jejak peninggalan rakyat Tionghoa lainnya di Cimahi hingga kini. Seperti di Jalan Djulaeha Karmita atau Jalan Pasar Atas. Di sana terdapat bangunan-bangunan bercirikan arsitektur China yang dipadukan dengan barat.
“Di samping Sekolah Andreas, ada satu rumah orang China yang masih orisinil, mempertahankan gaya arstitektur tahun 1900-an dengan pola rumah seperti orang Belanda,” terang pria yang juga Ketua Komunitas Tjimahi Heritage itu.
Baca Juga: Resep Pindang Bandeng Khas Imlek yang Dipercaya Jadi Simbol Rezeki
Kontributor: Ferry Bangkit Rizki
Berita Terkait
-
Kang Dedi Mulyadi Liburkan PKL di Bandung Sebulan dengan Bayaran Berlipat
-
Biadab! Dokter Residensi Unpad Tersangka Perkosa Pasien: Modus Cek Darah Keluarga
-
Dedi Mulyadi Minta Wali Kota Depok Minta Maaf, Buntut Bolehkan Mobil Dinas untuk Mudik
-
7 Fakta Kasus Dokter PPDS Priguna Anugerah Pratama: Perkosa Korban Usai Dibius hingga Mau Bunuh Diri
-
Profil Priguna Anugerah Pratama, Dokter PPDS Tersangka Pemerkosaan Diduga Kelainan Seksual
Terpopuler
- Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan 2025 Jawa Timur, Ada Diskon hingga Bebas Denda!
- Pemain Keturunan Maluku: Berharap Secepat Mungkin Bela Timnas Indonesia
- Marah ke Direksi Bank DKI, Pramono Minta Direktur IT Dipecat hingga Lapor ke Bareskrim
- 10 Transformasi Lisa Mariana, Kini Jadi Korban Body Shaming Usai Muncul ke Publik
- Jawaban Menohok Anak Bungsu Ruben Onsu Kala Sarwendah Diserang di Siaran Langsung
Pilihan
-
Dari Lapangan ke Dapur: Welber Jardim Jatuh Cinta pada Masakan Nusantara
-
Dari Sukoharjo ke Amerika: Harapan Ekspor Rotan Dihantui Kebijakan Kontroversial Donald Trump
-
Sekantong Uang dari Indonesia, Pemain Keturunan: Hati Saya Bilang Iya, tapi...
-
Solusi Pinjaman Tanpa BI Checking, Ini 12 Pinjaman Online dan Bank Rekomendasi
-
Solusi Aktivasi Fitur MFA ASN Digital BKN, ASN dan PPPK Merapat!
Terkini
-
Tragedi di RSHS, Dokter Residensi Rudapaksa Keluarga Pasien! Ini Fakta yang Diungkap Polisi
-
BRI UMKM EXPO(RT) 2025 Sukses Bawa Parfum Produksi Sidoarjo Go Global: Korea, Amerika, dan Nigeria
-
Modal Semangat dan Keberanian, Suryani Buktikan Perempuan Bisa Naik Kelas
-
Lucky Hakim Liburan ke Jepang Tuai Kritik, Dedi Mulyadi Sentil Soal Etika Pejabat!
-
Cari Titik Temu, Bupati Bogor Ajak Duduk Bersama Bahas Isu Viral Kades Minta THR