SuaraJabar.id - Sejarah kepemilikan televisi pertama di Cimahi mengemuka saat Hari Raya Imlek tahun 2021. Pemilik televisi pertama di Cimahi ternyata adalah seorang warga Tionghoa bernama Kim Kim.
Televisi itu disimpan Kim Kim di toko miliknya di Jalan Gatot Subroto atau Gatsu, yang sering didatangi warga Kalidam dan Gatsu hanya sekedar untuk menonton. Bahkan Toko Kim Kim atau Toko Soerabaria disebut merupakan toko swalayan pertama di Cimahi.
“Bahkan pemilik televisi pertama di Cimahi, sehingga warga Kalidam dan Gatsu sering nonton TV di toko Kim Kim,” kata Machmud Mubarok, salah seorang pegiat sejarah saat dihubungi Suara.com, Jumat (12/2/2021).
Namun, keberadaan Toko Kim Kim itu mulai menghilang sejak terjadinya kerusuhan rasial di Cimahi yang diperkirakan terjadi tahun 1963-an. Ditambah lagi dengan peristiwa G30SPKI, yang membuat warga China banyak yang tersingkir.
Salah satunya Toko Kim Kim ini, yang sampai sekarang tidak berjualan lagi. “Padahal toko Kim Kim itu dikenal sebagai toko swalayan pertama di Cimahi,” ucap Machmud.
Sejak saat itulah warga Tionghoa lebih banyak menghindar, tidak bergaul dengan orang-orang pribumi.
Namun diperkirakan setelah tahun 1970-an, orang-orang China kembali bergaul lagi dengan orang pribumi, dan sampai saat ini hidup berdampingan saling menjaga toleransi.
“Tahun 1980-an saya banyak punya teman orang China. Bergaul biasa saja, tidak ada yang beda,” ucapnya.
Sejarah Warga Tionghoa di Cimahi
Baca Juga: Perayaan Imlek di Aceh Lebih Sepi, Tetapi Aman dan Tertib Prokes
Machmud membeberkan, Asal muasal rakyat Tionghoa di Kota Cimahi diperkirakan sudah ada sebelum Belanda membangun Garnizun tahun 1898.
Bahkan dulunya ada Kampung China atau Chinesse Wijk dalam Bahasa Belanda, yakni di kawasan Pasar Luhur, yang kini disebut Pasar Atas.
Ia mengatakan, kemungkinan umat Tionghoa di Cimahi lebih dulu ketimbang Garnizun yang dibangun Belanda.“Tahun pastinya kedatangan warga Tionghoa ke Cimahi saya belum temukan. Tapi saat Belanda membangun Garnizun, mereka sudah ada,” ungkap Machmud.
Berdasarkan arsip Belanda tahun 1930 yang didapat Machmud, jumlah etnis China kala itu hanya 2,3 persen saja dari total penduduk Cimahi saat itu yang mencapai 59.993 jiwa. Tujuan kebanyakan mereka datiang ke Cimahi adalah untuk berniaga.
“Ya, kebanyakan berdagang. Ada yang sampai menikah dengan orang pribumi, tapi tidak banyak,” ujar Machmud.
Biasanya di setiap daerah yang dihuni oleh Tionghoa memiliki pemimpin, yang oleh Belanda diberi pangkat Kapten atau Letnan sehingga sering disebut Kapten atau Letnan China. Namun di Cimahi, Machmud belum menemukan itu.
Berita Terkait
Terpopuler
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 5 Oktober: Ada 20.000 Gems dan Pemain 110-113
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Kedua 6-12 Oktober 2025
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Seruan Menggetarkan Patrick Kluivert Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
Perbandingan Spesifikasi vivo V60 Lite 4G vs vivo V60 Lite 5G, Kenali Apa Bedanya!
-
Dana Transfer Dipangkas, Gubernur Sumbar Minta Pusat Ambil Alih Gaji ASN Daerah Rp373 T!
-
Menkeu Purbaya 'Semprot' Bobby Nasution Cs Usai Protes TKD Dipotong: Perbaiki Dulu Kinerja Belanja!
-
Para Gubernur Tolak Mentah-mentah Rencana Pemotongan TKD Menkeu Purbaya
Terkini
-
Parkir Rp30 Ribu di Bandung Bikin Geram! Ini Kata Polisi..
-
Rakor Penanganan Masalah Pertanahan Karawang, BPN Paparkan Titik Konflik, Ini Strategi Barunya
-
Karawang di Ujung Tanduk Sengketa Tanah: Pemerintah-BPN Turun Gunung Bahas Solusi Cepat
-
Universitas Indonesia Banding, Skandal Internal Kampus Terungkap?
-
Ratapan Ayah di Depan Puing-puing, Kisah Pilu Menanti Kabar Anak Tertimbun di Ponpes Al Khoziny