SuaraJabar.id - Setelah dilantik sebagai Pangdam III/Siliwangi, tanggal 16 November 2017. Doni Monardo menerima banyak laporan tentang Sungai Citarum, sebagai sungai terkotor di dunia.
Ketika pertama kali memberikan pengarahan kepada staf di Makodam III/Siliwangi, Doni Monardo menyampaikan nama besar “Siliwangi” di berbagai palagan penugasan.
Baik di dalam maupun luar negeri. Sayang jika nama besar itu hilang. Karena masyarakat saat ini tidak peduli atas persoalan yang ada di depan mata, yaitu Citarum sebagai sungai terkotor di dunia.
Salah satu 8 Wajib TNI, memuat isi: “Menjadi contoh dan mempelopori usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan rakyat sekelilingnya”.
Saya katakan, bahwa pada seragam yang dikenakan prajurit Siliwangi, ada simbol Harimau atau Maung. Jangan sampai karena kita tidak berbuat sesuatu, Maung Siliwangi berubah menjadi Meong Siliwangi.
Inilah yang membuat prajurit terbakar dan mendidih darahnya untuk bisa memberikan darma bakti terbaik dalam rangka membantu masyarakat di Jawa Barat.
"Kodam III Siliwangi bersama dengan tim Kemenko Marvest dan Pemprov Jabar, serta Polda Jabar di bawah bimbingan Menko Marvest, Bapak Luhut Binsar Pandjaitan berkumpul menghimpun masukan-masukan dari segenap komponen masyarakat, tokoh agama, budayawan, relawan, pegiat lingkungan, bahkan media," kata Kepala BNPB Doni Monardo dalam orasi ilmiah Doktor Honoris Causa di Institut Pertanian Bogor, Sabtu 27 Maret 2021.
Tiada hari libur. Setiap hari tim memikirkan strategi menuntaskan masalah kerusakan ekosistem Sungai Citarum.
Nama Citarum Harum
Baca Juga: Doni Monardo Diganjar Gelar Doktor Kehormatan dari IPB
Nama Citarum Harum dan strategi penanganannya pun diusulkan kepada Gubernur Jabar Ahmad Heriawan dalam perjalanan dari pendopo gubernur menuju Waduk Jatigede pada tanggal 28 November 2017.
Doni Monardo juga melaporkan kepada Presiden Jokowi tentang Citarum pada tanggal 4 Desember 2017.
Presiden bertanya, “Apa yang dibutuhkan?” Doni Monardo menjawab perlunya payung hukum agar TNI bisa tetap ikut membantu memulihkan Citarum.
Akhirnya konsep regulasi yang dimotori oleh Dr. Dini Dewi yang didukung penuh oleh tim hukum Sekretariat Negara terbit melalui Perpres No 15 Tahun 2018, tanggal 15 Maret 2018.
Kurang dari sebulan setelah Presiden Jokowi mendeklarasikan program Citarum Harum pada tanggal 22 Februari 2018 di Situ Cisanti, salah satu mata air purba di Jabar.
Proses penuntasan Citarum diawali dengan pemeriksaan sampel air yang dipimpin oleh Kakesdam III Siliwangi, Kolonel dr. Is Priyadi, yang hasilnya air Citarum mengandung logam berat seperti Timbal, Cadmium, serta bakteri Salmonella, Ecoli, dan Pseudomonas Areogonosa.
"Sayang, dr. Is Priyadi telah wafat tahun lalu, meninggalkan jasa abadi bagi pemulihan Sungai Citarum," ungkap Doni Monardo.
Berita Terkait
Terpopuler
Pilihan
-
3 Pemain Kunci Persis Solo Kalahkan Persija Jakarta di Manahan
-
Teks Sambutan Malam Tirakatan 17 Agustus Lengkap Disertai Doa Inspiratif
-
BCA Diakusisi Jadi BUMN? Isu BLBI Kembali Mengguncang Keluarga Hartono!
-
Di Bawah Atap Oranye : Jejak Pendidikan TK YRPU dari Zaman Kolonial di Lombok.
-
Dari Tarkam ke Timnas Indonesia U-17: Dimas Adi Anak Guru yang Cetak Gol Ciamik ke Gawang Uzbek
Terkini
-
APBD Jabar Disahkan Pincang! 5 Fakta di Balik Aksi Boikot PDIP Gara-gara Dana Pesantren
-
Geger APBD Jabar! PDIP Boikot Paripurna, Tuding Janji Bantuan Pesantren Dikhianati Dedi Mulyadi
-
Drama PBB Cirebon Naik Gila-gilaan Dibatalkan! Ini 5 Poin Penting yang Wajib Kamu Tahu
-
PBB Cirebon Naik Gila-gilaan 1.000 Persen Akhirnya Dibatalkan! Tapi...
-
5 Fakta Panas Sidang Praperadilan Korupsi PJU Cianjur: Perlawanan Tersangka dan Pedenya Jaksa