SuaraJabar.id - Kiai Haji Muhammad Latifudin atau dikenal dengan nama KH Tubagus Latifudin sekitar tahun 1650 membuat sebuah Alquran dari kulit kayu dengan cara ditulis tangan.
Kini 370 tahun setelahnya, Alquran tulisan tangan KH Tubagus latifudin itu masih terawat dengan baik. Alquran berbahan kulit kayu itu kini tersimpan di Desa Pageraji, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
KH Tubagus Latifudin sendiri disebut masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Kerajaan Talaga Manggung, juga dengan Pamijahan, Kasepuhan Kawunggirang dan Cijati.
Saat ini, Alquran dari bahan kulit kayu tersebut dirawat oleh Kuwu Hormat Ridwanudin. Dia merupakan keturunan ketujuh dari Tubagus Latifudin.
"Alhamdulillah, kami merawat Alquran ini selama ratusan tahun secara turun temurun, dari generasi ke generasi,’’ ujar Kuwu Hormat, Kamis, 15 (15/4/2021).
Kuwu Hormat menjelaskan, meski berusia ratusan tahun, namun kondisi Alquran tersebut masih utuh dan bagus. Keluarganya menjaga dan merawat Alquran itu secara khusus dan menjadikannya sebagai warisan turun temurun yang istimewa dan berharga.
Menurut Kuwu Hormat, Alquran tersebut hanya dibaca setahun sekali ketika memperingati haul atau wafatnya KH Tubagus Latifudin. Pembacaannya dilakukan bersama dengan warga.
"Dan hanya surah Yaa Siin saja (yang dibaca),’’ terang Kuwu Hormat.
Kuwu Hormat menambahkan, selain Alquran dari kulit kayu, KH Tubagus Latifudin juga meninggalkan sejumlah barang berharga lainnya. Yakni, keris dan tombak. Saat ini, dia menyimpan barang berharga tersebut di tempat sederhana.
Baca Juga: Pastikan Buruh Terima THR, Ridwan Kamil Siapkan Tim Pengawas
Sementara itu, Ketua Grup Madjalengka Baheula (Grumala), Nana Rohmana, mengaku telah melihat langsung bagaimana Alquran tersebut dijaga dan dirawat dengan baik oleh keturunan KH Tubagus Latifudin. Dia pun menyayangkan selama ini belum ada perhatian dari pemerintah.
Pria yang akrab disapa Mang Naro itu berharap ada penelitian khusus tentang jejak tulisan tangan Alquran yang sudah berusia 370 tahun tersebut.
Dia juga meminta agar ada perhatian terhadap makam maupun peninggalan lainnya dari KH Tubagus Latifudin.
"Makam tersebut dikunjungi ribuan orang ketika ada haul. Wisata religi telah terbentuk di Pageraji, harus dikembangkan,’’ jelas Mang Naro.
Berita Terkait
-
Bahas Aset Negara, Dedi Mulyadi Sambangi KPK
-
KDM Tegaskan Alih Fungsi Lahan Jadi Dalang Banjir di Bandung
-
Dedi Mulyadi Datang ke KPK: Ada Apa dengan Sungai dan Hutan Jabar?
-
Pantai-Pantai Menawan di Selatan Jawa Barat, Surga Tersembunyi yang Wajib Dijelajahi
-
Banjir Rendam Kabupaten Bandung, 14 Kecamatan Terdampak
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Cirebon Darurat! Banjir Rendam 22 Desa, Lebih dari 6.500 Warga Terdampak
-
Rute Eksotis Jakarta-Cianjur Batal Dilayani KA Jaka Lalana, Ternyata Ini Penyebabnya
-
Iwan Suryawan Minta Pejabat Jabar Gugurkan Cuti Massal Nataru, Prioritaskan Siaga Cuaca Ekstrem
-
Pemberdayaan Perempuan Jadi Kunci BRI untuk Menaikkelaskan UMKM
-
Bye-bye Macet Limbangan! Target Tuntas Tol Cigatas Tembus Garut-Tasik 2027