Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Jum'at, 23 April 2021 | 15:18 WIB
Bupati Bandung Barat Aa Umbara Sutisna (ketiga kanan) berjalan menuju mobil tahanan usai menjalani pemeriksaan di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Jumat (9/4/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

SuaraJabar.id - Penyidikan kasus dugaan korupsi terkait pengadaan barang tanggap darurat bencana pandemik COVID-19 dengan salah satu tersangka Bupati Bandung Barat nonaktif Aa Umbara Sutisna terus berjalan.

Kekinian, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memanggil tujuh orang untuk dimintai keterangan sebagai saksi dalam kasus itu.

"Hari ini pemeriksaan saksi untuk tersangka AUS (Aa Umbara Sutisna) dalam penyidikan dugaan korupsi terkait pengadaan barang tanggap darurat bencana pandemik COVID-19 pada Dinas Sosial Pemda Kabupaten Bandung Barat tahun 2020 dilakukan di kantor Polres Cimahi, Jawa Barat," kata Plt Juru Bicara KPK Ali Fikri dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (23/4/2021).

Ketujuh orang saksi tersebut adalah karyawan honorer Sekretariat DPRD kabupaten Bandung Barat Ajeng Dahlia, ajudan bupati Kamaluddin, karyawan bagian Administrasi Umum PT Jagat Dir Gantara Donih Adhy Heryady, dua orang pedagang Kuswati Juhari dan Ondi Juhari, PNS Agus Maolana, serta "supplier" Amelaowati.

Baca Juga: Formappi Sebut Azis Syamsuddin Lakukan Persekongkolan Jahat

KPK telah menetapkan tiga tersangka kasus tersebut yaitu Bupati Bandung Barat nonaktif Aa Umbara Sutisna (AUS), Andri Wibawa (AW) dari pihak swasta/anak Aa Umbara, dan pemilik PT Jagat Dir Gantara (JDG) dan CV Sentral Sayuran Garden City Lembang (SSGCL) M Totoh Gunawan (MTG).

Dalam konstruksi perkara disebutkan pada Maret 2020 karena adanya pandemi COVID-19, Pemkab Bandung Barat menganggarkan sejumlah dana untuk penanggulangan pandemi COVID-19 dengan melakukan "refocusing" anggaran APBD Tahun 2020 pada Belanja Tidak Terduga (BTT).

Dengan menggunakan bendera CV Jayakusuma Cipta Mandiri (JCM) dan CV Satria Jakatamilung (SJ), Andri mendapatkan paket pekerjaan dengan total senilai Rp 36 miliar untuk pengadaan paket bahan pangan Bantuan Sosial Jaring Pengaman Sosial (Bansos JPS).

Sedangkan M Totoh dengan menggunakan PT JDG dan CV SSGCL mendapatkan paket pekerjaan dengan total senilai Rp 15,8 miliar untuk pengadaan bahan pangan Bansos JPS dan Bantuan Sosial terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar (Bansos PSBB).

Dari kegiatan pengadaan tersebut, Aa Umbara diduga telah menerima uang sejumlah sekitar Rp1 miliar yang sumbernya disisihkan oleh M Totoh dari nilai harga per paket sembako yang ditempelkan stiker bergambar Aa Umbara untuk dibagikan pada masyarakat Kabupaten Bandung Barat.

Baca Juga: Soal Kasus Suap Penyidik, MAKI Desak KPK Dalami Peran Aziz Syamsuddin

Sementara M Totoh diduga telah menerima keuntungan sejumlah sekitar Rp 2 miliar dan Andri juga diduga menerima keuntungan sejumlah sekitar Rp 2,7 miliar.

Selain itu, Aa Umbara juga diduga menerima gratifikasi dari berbagai dinas di Pemkab Bandung Barat dan para pihak swasta yang mengerjakan berbagai proyek di Kabupaten Bandung Barat sejumlah sekitar Rp 1 miliar dan fakta ini masih terus akan didalami oleh tim penyidik KPK. [Antara]

Load More