Scroll untuk membaca artikel
Rima Sekarani Imamun Nissa | Rosiana Chozanah
Kamis, 20 Mei 2021 | 09:05 WIB
Ilustrasi perempuan mengenakan gaun hitam. (Pixabay/Vijay Hu)

SuaraJabar.id - Semua hal membutuhkan keseimbangan, begitu pula emosi. Walau memang ada kaitannya dengan genetika dan temperamen, emosi ternyata juga bisa dilatih supaya seimbang.

Seimbang secara emosional bukan berarti tak pernah merasakan emosi negatif, seperti kecemasan, takut, dan lainnya. Namun, Anda akan mengakuinya, melakukan validasi, dan membiarkan perasaan tersebut berjalan dengan sendirinya.

Misalnya saat sedih, orang yang seimbang secara emosional tak menyalahkannya kepada diri sendiri. Mereka aka mengingatkan diri bahwa kesedihan adalah bagian normal dari menjadi manusia.

Dilansir dari Medium, berikut tiga hal yang perlu diperhatikan untuk melatih emosi agar seimbang:

Baca Juga: Mengemil Larut Malam Justru Bikin Orang Tak Produktif Esoknya, Kok Bisa?

Ilustrasi wanita (pexels/@sound-on)

Menetapkan batasan yang sehat

Baik atau buruk, manusia merupakan makhluk sosial. Hal itu membuat kita cenderung sangat peduli dengan apa yang dipikirkan orang lain terhadap diri kita.

Namun, jika menginginkan keseimbangan emosional yang lebih baik, Anda mesti mampu mengomunikasikan keinginan dan kebutuhan secara tegas serta menetapkan batasan yang sehat di antaranya.

Menetapkan batasan yang sehat berarti bersedia memberi tahu orang lain apa yang akan dan tidak akan Anda toleransi. Bagian yang terpenting, Anda juga bersedia menegakkan batasan tersebut dengan perilaku dan menerima konsekuensinya.

Melepaskan pikiran yang tidak perlu

Baca Juga: Bukan Cuma Masalah Besar, Hal-Hal Tak Terduga Ini Juga Bisa Memicu Stres!

Berpikir adalah mesin emosi. Orang dengan keseimbangan emosional adalah ahli dalam melepaskan pikiran yang bisa memperkuat emosi mereka.

Faktanya, kita sebenarnya mempunyai sedikit kendali atas pikiran kita sendiri. Walau kerap tak dapat mengontrol pikiran awal yang muncul, kita selalu bisa mengontrol cara memikirkan pikiran tersebut atau cara menanggapinya.

Tentu saja, melepaskan itu sulit. Jadi seperti hal sulit lainnya, dibutuhkan latihan dan kesabaran untuk bisa menjadi lebih baik.

Menerima perasaan yang menyakitkan

Kendati terampil melepaskan pikiran yang tidak perlu, kita masih tetap bisa merasakan emosi yang menyakitkan, seperti kecemasan, kesedihan, hingga kemarahan.

Jadi, ketimbang menolaknya, lebih baik memperlakukan emosi tersebut seorang 'teman', contohnya:

  • Ketika merasa sedih, ingatlah bahwa tak apa-apa dan normal untuk merasa sedih, serta bukan berarti kita lemah.
  • Saat marah, ingat bahwa tidak apa-apa untuk merasa marah. Namun setelah itu, fokuslah untuk mengendalikan keinginan supaya tidak menjadi agresif atau kasar.

Ketika Anda bersandar pada emosi yang menyakitkan dengan mengakui dan menerimanya, pada akhirnya emosi tersebut bakal menghilang.

Load More